
Clickinfo.co.id - Memilih kepala daerah antara obat dan racun untuk masyarakat.
Sebentar lagi, kita akan kembali dihadapkan pada pemilihan kepala daerah, sebuah proses yang sering kali diibaratkan seperti memilih obat di apotek.
Di apotek, berbagai macam obat tersedia dengan janji menyembuhkan berbagai penyakit.
Begitu pula dengan para calon kepala daerah; mereka semua menawarkan solusi atas berbagai masalah yang telah lama menggerogoti masyarakat, seperti kemiskinan, buruknya pelayanan publik, infrastruktur yang rusak, dan masalah sosial lainnya yang sudah mengakar.
Layaknya para penjual obat, setiap calon kepala daerah meyakinkan publik bahwa "obat" yang mereka tawarkan adalah yang paling manjur dengan segudang keunggulan.
Namun, masyarakat sebagai "pembeli" harus bijak memilih, berdasarkan pemahaman dan informasi yang mereka miliki.
Seperti yang pernah dikatakan oleh teman saya yang seorang apoteker, ada kesamaan antara memilih obat dan memilih pemimpin: jika obat yang dipilih berdasarkan resep yang benar dan tepat, maka obat tersebut bisa menyembuhkan.
Sebaliknya, jika pilihan obat atau cara mengonsumsinya salah, bukannya menjadi obat, malah bisa berubah menjadi racun.
Oleh karena itu, masyarakat harus cermat dan kritis dalam memilih kepala daerah. Pilihan yang tepat dapat menjadi "obat" yang menyembuhkan berbagai "penyakit" sosial dan ekonomi yang kita hadapi.
Namun, pilihan yang salah justru bisa menjadi "racun" yang memperparah kondisi dan membuat masyarakat menderita selama lima tahun ke depan.
Jadi, mari kita gunakan hak pilih kita dengan bijak agar kepala daerah yang terpilih benar-benar dapat membawa perubahan positif, bukan malah memperburuk situasi.
Artikel ini ditulis oleh Hidayat Kampai
Alumni Magister Hukum Kenegaraan Universitas Lampung
Comments (0)
There are no comments yet