Viatina-19 FIV Mara Imóveis, Termahal di Dunia Rp64 M, Jenis Nelore Diternak Disini?

Viatina-19 FIV Mara Imóveis, Termahal di Dunia Rp64 M, Jenis Nelore Diternak Disini?
Ket Gambar : Ilustrasi foto sapi jenis Nelore asal Brasil, Amerika Selatan. | Conexau Rural Brasil/Muzzamil

Viatina-19 FIV Mara Imóveis, Termahal di Dunia Rp64 M, Jenis Nelore Diternak Disini?

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Mungkin kabar ini sudah santer sampai ke telinga para peternak, penggemuk, juragan atawa belantik, kolektor, cow analyst, pemerhati sapi. Ahaha.

Tapi jika belum, ini dia. Baru-baru ini, geger kabar seekor sapi berjenis super, berhasil memecahkan rekor diri menjadi sapi termahal di dunia. Harganya bikin keder, diperkirakan USD 4,3 juta, sekitar Rp64,8 miliar. Waw!

Sapi memang hewan ternak yang istimewa harganya, nah kalau yang ini bingung sambil berdecak kagum demi menyebutnya.

Newsweek, melaporkan, sapi yang diklaim termahal ini, jumbo putih berusia 4,5 tahun, bernama Viatina-19 FIV Mara Imóveis, jenis Nelore murni, spesies berkualitas genetik tingkat tinggi yang sejarahnya berasal dari distrik Nellore di negara bagian Andhra Pradesh, India. Nama distrik, dipakai orang Brasil sebagai sebutan bagi si sapi. Adbhut, aap any kin ehasaanon se inakaar karenge?

Nah dengar-dengar, si Nelore bernama Viatina-19 FIV Mara Imóveis ini, sepertiga kepemilikannya saja sudah wow selangit harganya, dimana saat dilelang di Arandu, Brasil, Amerika Selatan, terjual hingga USD 1,44 juta atau Rp21 miliar.

Ada pun, harga total sapi ini diperkirakan USD 4,3 juta, sekitar Rp64,8 miliar. Setengah dari kepemilikan sapi yang sama telah dijual tahun 2022 lalu, sekitar 800 ribu dolar AS, yang juga pecahkan rekor saat itu.

Situs media berbahasa Portugis berbasis di Brasil, Conexao Rural Brasil melaporkan, BRL 6.993.000,00 adalah harga historis yang dibayarkan untuk sepertiga sapi Viatina-19 FIV Mara Móveis, diproyeksi nilai total R$ 20.979.000,00. Ini rekor harga dunia terbaru untuk trah Nelore, hampir tiga kali lebih tinggi dari tempat kedua.

Pembelinya, Nelore HRO, dari Arandu (SP), yang jadi rekanan Casa Branca Agropastoril dan Agropecuária Napemo. "Pada usia 53 bulan, Viatina-19 FIV Mara Imóveis mulai membuat sejarah pada Mei 2022, ketika 50 persen propertinya dijual seharga BRL 3.960.000,00 oleh Napemo," tulis Conexau.

Di 12 bulan terakhir, dia menjual kehamilan, aspirasi, dan betis setotal R$ 6.849.000,00. Sekarang, di lelang HRO Experience, Embrio sekali lagi memasuki sejarah ras Nellore dan ternak Brasil dan dunia.

“Perasaan luar biasa dalam memenuhi komitmen kami untuk berbagi genetika Viatina-19 dengan HRO, sebuah proyek peternakan dengan sejarah yang fantastis”, tegas Fabiana Marques Borrelli, direktur Casa Branca.

Menjadi makhluk seksi reputasi tinggi, sapi Nelore kini jadi salah satu ras terpenting di Brasil: fisik tahan banting, berkemampuan berkembang dengan makanan hijau mutu rendah dengan metabolisme efisien, mudah berkembang biak, si betina punya bukaan panggul lebih lebar, saluran kelahiran lebih besar, anak sapi cuma perlu sedikit interaksi manusia untuk tumbuh dewasa.

Sapi Nelore merupakan spesies dari sapi Ongole (Bos Indicus) asal Brasil. Pasangan sapi Ongole dari India tiba pertama kali di Brasil, di Salvador, Bahia, tahun 1868.

Satu dasawarsa berikut, Manoel Ubelhart Lemgruber, peternak asal Rio de Janeiro, membeli lagi dari kebun binatang Hamburg di Jerman. Selepas itu perlahan nun pasti, ras ini dapat berbiak dan beradaptasi baik.

Hingga kini, mayoritas sapi potong di Brasil berjenis ini, populasinya hingga 80 persen, antara lain diekspor ke Amerika Serikat, Argentina, Meksiko, Paraguay, dan lainnya.

Terutama bagi negara-negara tropis misal Indonesia, karakter jenis ini misal karakter karkhas punuk yang menonjol sapi ini jadi daya tarik utama mengembangkannya di pelbagai wilayahnya.

Nelore adalah ras berciri utama bulunya putih cerah, dengan punuk bulat di atas bahu, kulitnya yang kendur dan menggantung menjadikannya secara alami berdaya tahan tinggi terhadap suhu lebih panas, memiliki kelenjar keringat dua kali lebih besar dan studi Oklahoma State University mencatat itu 30 persen lebih banyak dari banyak ras Eropa, kebal terhadap sejumlah infeksi parasit sebab tekstur padat kulitnya membikin serangga penghisap darah lebih sulit menembus kulit. Si Nelore.

Pipit Erlita Sari, redaktur starfarm.co.id, 22 Maret 2022 menurunkan artikel bersumber literatur Breeds of Livestock, Department of Animal Science – Nelore Cattle, The Cattle Site “Cattle Breeds – Nelore, mengenai lima karakter unggul yang dimiliki sapi Nelore.

Pertama, tahan banting, keunggulan utama. Nelore mampu berbiak baik tanpa campur tangan manusia, mampu bertahan dan beradaptasi baik dengan kondisi tropis.

Kedua, tahan panas dan serangga, berkulit dengan kelenjar keringat dua kali lebih besar, 30 persen lebih banyak dari ras lain. Kulitnya juga tertutupi bulu putih seperti mantel yang mampu menyaring dan memantulkan sinar mentari. Metabolisme tubuh yang rendah juga berpengaruh terhadap ketahanan panas.

Bukan itu saja, secara alami sapi ini tahan terhadap berbagai jenis serangga termasuk serangga penghisap darah. Hal ini karena kondisi kulitnya yang padat sehingga sulit si serangga terancam berteriak "ampun DJ!" usai sulit menembus kulitnya.

Ketiga, efisien pakan. Nelore juga efisien mengubah pakan hijauan berkualitas rendah menjadi karkas atau daging bermutu baik, selain juga mampu bertahan hidup lama dengan air minum yang minim.

Keempat, daging yang berkualitas. Kualitas daging sapi ini tak perlu diragukan. Marbling yang cukup dan cita rasa nikmat jadi nilai tambah daging yang dihasilkan dari sapi ini.

Kelima, reproduksi dan naluri keibuan yang baik. Bertubuh panjang, berkerangka tubuh besar, berpanggul lebar, memudahkannya dalam proses melahirkan. Naluri keibuannya pun sangat baik, susu yang dihasilkannya pun lebih dari cukup untuk anak-anaknya.

Dilihat dari keunggulannya, tak heran jika ramai perusahaan swasta (saat itu Pipit merujuk nama Star Farm International) tertarik mengembangkannya di Indonesia.

Ada lain, perusahaan penggemukan dan breeding sapi, Santosa Agrindo atau Santori yang berbasis di Probolinggo, Jawa Timur, beberapa tahun ini tepatnya sejak 2019, dilaporkan berhasil mengembangbiakkan Nelore, melalui teknik inseminasi buatan/IB (kawin suntik). Kesuksesan 70-75 persen.

Sapibagus.com, dinding literasi kelolaan RPH Tapos Cimanggis, Depok, Jawa Barat, mewarta, IB dilakukan terhadap indukan sapi jenis Brahman Cross (BX) yang akan disuntikkan semen beku sapi Nelore, lalu dipelihara di kandang perawatan dari mulai kebuntingan sampai melahirkan.

Rio, Breeding Staff PT Santori, Probolinggo, juga menyebut kelebihan utama ketahanan tubuh Nelore yang kuat terhadap iklim, pertumbuhan ADG, sistem reproduksinya amat bagus, memiliki ukuran tulang relatif lebih kecil dibanding jenis lain sehingga karkasnya jauh lebih tinggi, bobot tubuh ketika dilahirkan lebih besar dibandingkan jenis Brahman mencapai 31-32 kilogram (kg).

Info Rio, setelah dilahirkan, pedet anakan sapi hasil IB di Santori, selama 60 hari akan diberi susu buatan dan pakan tambahan pelet, sebagai asupan gizi dan protein agar kesehatan dan kualitas sapi tetap terjaga. Saat 10 bulan, bobot si sapi bisa 350 kg.

Di Lampung? Di kawasan sentra peternakan rakyat, sentra pembibitan dan produksi sapi lokal jenis Peranakan Ongole (PO) di wilayah Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan, yang telah dicanangkan pemerintah sebagai sentra pembiakan per 2015 silam, berkekuatan populasi sedikitnya lima ribuan ekor dengan 40-an kelompok peternak, bagian dari 85 ribu populasi jenis PO dari 110 ribuan populasi sekabupaten. Di sini, Nelore masih jarang terdengar.

Khusus Tanjung Sari, sekitar 12 tahun silam, Direktur Budidaya Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Fauzi Luthan (saat itu) saat melepas pedet sekitar 600 ekor sapi PO di Desa Wawasan, menyebut walau pun  Indonesia tak punya potensi sebaik Australia atau Brasil, tetapi Indonesia memiliki ternak yang produktif, teknologi peternakan yang bagus seperti IB dan sinkronisasi birahi, dan bisa digunakan guna mencapai swasembada sapi berkelanjutan.

Saat itu Fauzi apresiatif, peternak Lampung Selatan tetap memilih sapi PO, notabene sapi lokal dan plasma nutfah Indonesia, dibanding jenis lain. Sensus Ternak 2011 merilis, jumlah sapi potong di Lampung 742.800 ekor, banyak kelima setelah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Satu dekade berlalu, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung merilis total populasi sapi potong di 15 kabupaten/kota se-Lampung pada tahun 2022 sejumlah 906.568 ekor, bertambah 2.492 ekor dari populasi 2021 sebanyak 904.076 ekor.

Sebarannya (ekor), Lampung Tengah 367.221, Lampung Timur 161.443, Lampung Selatan 155.101, Way Kanan 42.654, Lampung Utara 33.141, Tulang Bawang Barat 29.284, Tulang Bawang 29.194, Pesawaran 23.547, Pringsewu 17.581, Metro 10.986, Mesuji 10.266, Pesisir Barat 10.189, Lampung Barat 7.606, Tanggamus 6.951, Bandarlampung 1.404.

Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Distannak) Provinsi Lampung, realisasi kelahiran pedet Lampung tahun 2022 overtarget hingga 102,13 persen dari tetapan pemerintah, 161.549 ekor. 2023 ini, Lampung ditarget kelahiran pedet 160.740 ekor.

Pemerintah Provinsi Lampung 'memerah' trio penatausahaan peningkatan populasi sapi potong. Pertama, pelaksanaan kegiatan program prioritas Sikomandan (Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri) join dengan pemerintah melalui peningkatan layanan IB, pemeriksaan kebuntingan dan pelaporan kelahiran.

Kedua, pendampingan dan pembinaan para kelompok ternak, dengan fasilitasi alat mesin peternakan dan bibit ternak, peningkatan produksi semen beku ber-Standar Nasional Indonesia (SNI) di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD), dan peningkatan kualitas bibit ternak di UPTD perbibitan lainnya.

Ketiga, peningkatan derajat kesehatan hewan melalui pengendalian penyakit hewan seperti penyakit hewan menular strategis (PHMS), penyakit mulut dan kuku (PMK), dan penyakit reproduksi.

Tercatat, 40 persen stok sapi potong siap jual asal Lampung, dikirimkan ke pasar domestik yakni megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Raya, dan Bekasi (Jabodetabek), serta ke Provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Lain kandang lain sapinya. Lain tropis lain pedet-nya. Terlepas dari dan sementara itu, fakta lain menohok, sebagaimana terakhir 22 Juni 2023 lalu, diungkapkan oleh (per 28 Juni 2023 sudah mantan) Dirut PT Berdikari, BUMN peternakan, Harry Warganegara, mengungkap masih sangat rendahnya rerata tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia, yakni 2,66 kg per kapita per tahun, alias di bawah rata-rata dunia sebesar 6,4 kg per kapita per tahun.

Daging sapi sekilo terhitung mahal, tetapi sebanding dengan sensasi tempur kontur tekstur serat dagingnya kala sendok atawa garpu sukses antarkannya masuk wilayah indra pengunyah kita. Bagaimana dengan si Viatina-19 FIV Mara Imóveis, si Nelore Brasil seharga Rp64,8 miliar itu tadi ya. (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment