
Clickinfo.co.id - Raja Sekala Brak tolak maskot kera, jaga marwah adat Lampung.
Terkait polemik maskot kera KPU Kota Bandarlampung, Suttan Junjungan Sakti Yang Dipertuan Sekala Brak Kepaksian Belunguh angkat bicara.
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat dihebohkan dengan penggunaan simbol adat pada maskot kera yang dipertontonkan oleh KPU Kota Bandar Lampung.
"Tentunya maskot kera itu menjadi polemik di tengah masyarakat yang menimbulkan banyak protes dari semua kalangan," ujarnya, Minggu, 26 Mei 2024.
Simbol adat Lampung merupakan kekayaan budaya yang memiliki makna-makna mendalam, mengatur setiap sisi kehidupan sosial kemasyarakatan.
Simbol-simbol adat tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.
Orang yang memegang teguh adat adalah orang yang beradat, dan orang yang beradat tentunya adalah orang yang beradab, bukan gerombolan orang biadab.
"Setiap simbol-simbol keadatan diciptakan oleh leluhur orang Lampung dengan mengedepankan dan menyerap nilai-nilai keluhuran yang terjadi dalam setiap perjalanan proses kehidupan.
"Artinya, dari setiap simbol adat terdapat nilai-nilai moral yang tinggi, dan hukumnya secara adat wajib dijaga marwah dan kelestariannya," lanjut Suttan Junjungan Sakti.
Sementara itu, kera merupakan simbol keserakahan, kelicikan, dan pembuat kegaduhan.
Menurutnya, alangkah tercelanya apabila maskot lembaga penyelenggara pemilu adalah kera.
"Jangan sampai sifat-sifat kera itu melekat pada diri kita, apalagi maskot kera tersebut dipakaikan pakaian adat Lampung," tegasnya.
Sebagai pimpinan adat Sekala Brak Kepaksian Belunguh, bersama beberapa tokoh adat lainnya dan ormas Laskar Lampung, Suttan Junjungan Sakti memprotes keras maskot tersebut.
"Kami merasa memiliki adat dan mencintai adat, jangan sampai ada orang-orang tertentu yang menyinggung apalagi menghina simbol-simbol adat," tambahnya.
Suttan Junjungan Sakti berharap proses hukum tetap berjalan dan menegaskan bahwa belum ada perdamaian terhadap para tokoh adat yang memprotes maskot tersebut.
"Mereka yang berdamai kemarin ke mana aja, kok sekarang muncul menjadi pahlawan? Padahal waktu peluncuran maskot tersebut mereka yang menerima perdamaian itu tidak bersuara sedikitpun. Mengapa sekarang mereka berani mengatasnamakan tokoh adat saibatin dan pepadun se-provinsi Lampung?" tanyanya.
"Sebagai pimpinan adat Sekala Brak Kepaksian Belunguh, saya menegaskan bahwa salah satu ciri orang beradat itu adalah memiliki budaya malu dan tidak mengklaim perjuangan orang lain," tutupnya. (Jef)
Comments (0)
There are no comments yet