
Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Festival Krakatau (FK) Lampung XXXIII Tahun 2023 atau K-Fest 2023, resmi dihelat 7-8 Juli 2023.
Mengenang, momen meletusnya Krakatau 1883 yang sebabkan tsunami pascaerupsi yang timbul karena letusan juga longsoran bawah laut, naik setinggi 40 meter, hancurkan perkampungan, menyapu apa saja yang ada di kawasan pesisir pantai. Sebut sejumlah riset, sampai sebelum 26 Desember 2004, tsunami pascaerupsi 27 Agustus 1883 terdahsyat di Samudera Hindia.
Kendati, peneliti di University of North Dakota, Amerika Serikat, menyebut ledakan Krakatau 1883 bersama ledakan Gunung Tambora, Semenanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sebelumnya tahun 1815, mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern.
Dimana, kekuatan letusan Agustus 1883, menerbangkan sekitar 5 mil kubik abu, batu, dan puing lainnya sekitar 50 mil ke udara, halangi mentari lebih dari dua hari, memicu beberapa tsunami termasuk gelombang 120 kaki, suaranya terdengar hampir 2.200 mil jauhnya di Australia, terkuat dalam sejarah dengan level 6 skala VEI, bahkan disebut berkekuatan 21.574 kali daya ledak bom atom Hiroshima dan Nagasaki!
Sejatinya, bila dibanding dengan pertama, letusan Tambora sendiri, saat 5 April 1815, getaran kecil dan aliran awan abu-abu hitam dari batu panas, gas, dan udara yang bergerak dengan kecepatan tinggi di atas tanah (piroklastik), mulai meletus hingga pada malam 10 April 1815 gunung setinggi 14 ribu kaki ini meledak dahsyat hingga membentuk kaldera hampir empat mil, memuntahkan hampir 36 mil kubik abu, batu, gas, termasuk hampir 60 megaton belerang ke atmosfer, menewaskan ratusan ribu jiwa, menyebabkan suhu bumi menjadi lebih dingin hampir 5,4 derajat Fahrenheit dan berakibat kelaparan di sekitar Tambora bahkan meluas ke Eropa dan Amerika Utara, di mana hujan salju lebat tahun itu mematikan mayoritas tanaman.
Juga bila dibanding, kedua, letusan Gunung Toba Sumatera Utara, dimana letusan Toba Purba, jenis supervolcano ini 74 ribu tahun silam skala 9 VEI yang diperkirakan menjadi letusan terbesar dunia dalam 28 juta tahun terakhir dan bahkan vulkanolog Universitas Negeri Oregon, Shanaka de Silva, menyebut ledakan setara ratusan ribu hingga jutaan megaton TNT. Bukti dahsyatnya kini Danau Toba, terbentuk dari tiga letusan besarnya.
Juga ketiga, letusan Plinian dari Gunung Samalas, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat tahun 1257 Masehi, diperkirakan berskala 7 VEI menjadikannya salah satu letusan gunung berapi terbesar era Holosen dan berakibat hancurnya Kerajaan Pamatan di Lombok, penurunan suhu global dan gagal panen.
Lalu, dibanding dengan keempat, letusan Gunung Vesuvius, Italia 24 Agustus tahun 79 Masehi yang lontarkan abu dan batu apung 10 mil ke langit berbentuk awan jamur, lalu awan panas, gas beracun, lumpur vulkanik darinya selain berakibat 16 ribu orang tewas juga meluluhlantakkan dua kota, Pompeii dan Herculaneum, terkubur abu dan bebatuan setinggi 19 kaki. Data Australian Geographic dua kota ini baru ditemukan lagi tahun 1595.
Kelima, dibanding letusan gunung berapi jenis kaldera supervolcano riolitik besar, Gunung Taupo, tengah Pulau Utara, Selandia Baru, setinggi 452 meter meletak di bawah Danau Taupo, meletus terakhir tahun 260 Masehi, pemicu dua letusan terbesar di dunia era geologi terkini.
Juga keenam, paling mematikan di sejarah Jepang, letusan Gunung Unzen, tahun 1792, menimbulkan longsor besar menyapu Kota Shimbara hingga Teluk Ariake, menimbulkan tsunami 100 meter, menewaskan 15 ribu jiwa.
Serta dibanding letusan Katmai, stratovolcano 2.047 meter di Taman Nasional dan Cagar Alam Katmai Semenanjung Alaska, Alaska Selatan, AS, berdiameter kawah 10 km dan kaldera tertutup air yang terbentuk selama letusan piroklastik besar berventilasi 10 km jauhnya di tahun meletus terakhir (disebut-sebut terbesar abad ke-20) saat sejumlah besar magma meletus dari bawah gunung menghasilkan pembentukan lubang corong selebar 2 km dan berakhir dengan munculnya kubah lava riolit setinggi 90 meter lebar 360 meter ciptakan bentuk kini disebut Novarupta, abu vulkaniknya cemari air minum hancurkan sumber makanan, namun penduduk Alaska bertahan hidup dengan berbekal pengetahuan tradisional temurun, pascaletusan Novarupta 1912 Masehi, yang nihil korban jiwa itu.
Letusan Krakatau, masih kalah dahsyat.
Namun, selain Katmai, gunung lainnya itu meletus jauh pada saat populasi manusia terhitung masih relatif sedikit. Sedang saat Krakatau meletus, sejumlah, serba telah: populasi manusia cukup padat, sains dan teknologi berkembang, telegraf ditemukan, kabel bawah laut dipasang. Teknologi informasi pun sedang bertumbuh pesat.
Letusan Krakatau disebut bencana besar pertama di dunia pascapenemuan telegraf bawah laut. Kemajuan ini, belum diimbangi kemajuan geologi. Geolog saat itu belum mampu jelaskan ihwal letusan.
Selain jejak sejarah karya sastra berbentuk syair berbahasa Melayu berjudul Lampung Karam tulisan Mohammad Saleh yang terbit di Singapura tahun 1883, redaksi mencatat beberapa karya film 'warga ensiklopedi edisi merawat ingatan' seputar sekitar Krakatau.
Salah satunya, film domestik berbahasa Indonesia durasi 122 menit, rating IMDb 4.7, Krakatau (1977) disutradarai Misbach Yusa Biran, yang mengisahkan tokoh Somad yang diperankan Dicky Zulkarnaen, Biang Terona diperankan Rd Mochtar, diutus guru silatnya dari Perguruan Krakatau untuk mencari Bodin si murid pembangkang. Berakhir dramatis, Bodin kalah di tangan Biang. Somad akui Bodin ayahnya, film pun usai dengan latar kengerian letusan Krakatau.
Selain Dicky, Rd Mochtar, Muni Cader, dan Awang Darmawan, film dibintangi pula aktor yang juga main film Cintaku di Way Kambas (1990), kawakan yang kala beranjak senja usia semasa hidup kerap wara-wiri komplek Jl Pelita I Labuhanratu Kecamatan Kedaton Bandarlampung disitu keluarga aktris Sofia sang istri bermukim, pejuang kemerdekaan veteran Letda TNI AU lahir Pontianak 9 Mei 1928 wafat dikubur di TMP Tanjungkarang Bandarlampung 13 Desember 1997, pemeran Bodin: Wagino Dachrin atau WD Mochtar.
Pantengin terus ya, Kyay Atu. Bersambung. (Muzzamil)
Comments (0)
There are no comments yet