Obituari Muhammad Fuad, Antoniyus: Komit Perjuangkan Hak Rakyat

Obituari Muhammad Fuad, Antoniyus: Komit Perjuangkan Hak Rakyat
Ket Gambar : Poster digital ucapan belasungkawa meninggalnya Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung Muhammad Fuad dari komisioner KPU Provinsi Lampung Antoniyus Cahyalana. | dok Antoniyus Cahyalana/Muzzamil

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Kepergian untuk selamanya dari alam fana, sekaligus kepulangan ke alam baka, aktivis 1998, salah satu dari lima komisioner, terakhir per 1 Februari 2024 menjabat Ketua Komisi Informasi (KI) Provinsi Lampung sisa masa jabatan periode 2020-2024, Muhammad Fuad (48) yang wafat terkena serangan jantung dan sempat dilarikan ke RSU Graha Husada, Jl Gajah Mada Nomor 88 Tanjung Agung Raya, Kedamaian, Bandarlampung, nun nyawanya tak tertolong, hingga dinyatakan wafat pada Minggu (3/3/2024), sekira pukul 14.30 Waktu Indonesia Barat.

Serta, almarhum warga Jl Teluk Lampung Lingkungan I (dekat Masjid Nurul Hidayah) Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Bandarlampung, bernama lengkap gelar Muhammad Fuad, S.Sos, M.H., C.Me., bin Muhammad Zein, karib disapa Fuad tersebut telah dikebumikan di kompleks pemakaman umum setempat, Senin (4/3/2024) pagi.

Selain keluarga inti: Nur Rahmawati sang istri serta "trio Emha", sebutan dari singkatan nama depan ketiga putra mendiang yakni Muhammad Haafidz Farabi aktif di Pramuka terakhir mengikuti perhelatan Raimuna XII di Jakarta, lalu Muhammad Haafidz Maliqi, dan si bungsu Muhammad Haafidz Muzani.

Kabar meninggalnya nan tetiba tak terduga itu pun turut membuat banyak tetangga, sahabat, kolega, hingga mereka yang pernah terajut komunikasi bersama Fuad yang terkait tugas negara yang dia emban selaku bagian pelaku pelaksana Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) di Lampung.

Salah satunya, yang juga ber-obituari lewat unggahan media sosialnya, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Lampung kini komisioner cum Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat (Kadiv Sosdiklih Parmas) KPU Provinsi Lampung, Antoniyus Cahyalana; meruwat ingatan.

"Sore tadi, seorang sahabat telah pergi untuk selamanya. Beliau, Muhammad Fuad, Ketua Komisi Informasi Lampung. Saya kenal dekat ketika beliau aktif di LBH Bandarlampung, dan kami pun pernah bersama-sama menjadi pengurus di LBH Sembilan Delapan (LBH 98)," kenang dia, menuliskannya di akun Facebook.

"Beliau orang baik, santai dan santun, teguh dan komitmen dalam memperjuangkan hak-hak rakyat," sambung Antoniyus, komisioner putra terbaik daerah asal Tanggamus.

"Suatu waktu di tahun 2015, sebagai Ketua Hukum dan HAM PWPM (Pengurus Wilayah Pemuda Muhammadiyah) Lampung, saya menggelar pelatihan paralegal. Kami bekerja sama dengan LBH 98 dan meminta beliau menjadi narasumber dan fasilitator bersama Heri Usman dkk. Saya sampaikan, bahwa kegiatan ini tidak memiliki pendanaan yang cukup apalagi harus membayar narasumber," ujar Antoniyus pula.

"Beliau hanya tertawa, katanya 'Alhamdulillah, kita bersyukur masih bisa berbagi ilmu dan menjalin silaturahim dengan orang-orang yang peduli dengan kepentingan rakyat'. Puluhan orang yang pernah dikader pasti akan mengingat jasa baik beliau," takzim dia.

"Sebulan sebelum hari pemungutan suara, kami bertemu di (Hotel) Sheraton, beliau di undang sebagai narasumber oleh KPU Provinsi Lampung. Rupanya itu perjumpaan terakhir," Antoniyus teringat momen terakhir bareng Fuad, pada Januari lewat.

"Selamat jalan sahabat sekaligus saudaraku. Semoga husnul khotimah. Abadi perjuanganmu," pungkas Antoniyus Cahyalana mengkhaturkan penghormatan terakhirnya.

Kehilangan sangat, para sahabat mendiang yang kini tersebar di sejumlah wilayah di Tanah Air, terkejut tetiba saja yang datang warta lara, nun sekaligus pula melarungkan kawat belasungkawa dan doa perpisahan.

Tak sedikit, bertestimoni. Sebut antara lain; mantan aktivis SMPT UBL dan Dema UBL, bekas Ketua PRD Lampung Tengah era PRD resmi menjadi peserta nomor urut 16 pada Pemilu 1999, Abner Wisman Waldo Lumban Gaol; eks Ketua PRD Jawa Barat, pengurus KPP-PRD, kini elit Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Bin Bin Tresnadi; dan, bekas aktivis Dema Unila, Ketua PRD Lampung era Gus Dur kini advokat di Jakarta, Fajar Lesmana.

Lalu, mantan aktivis SMPT UBL, pentolan ormas Kaum Miskin Kota untuk Revolusi Demokratik (Kastared), eks Ketua KPK-PRD Kota Bandarlampung dan Sekretaris PRD Lampung era Gus Dur, pernah jadi jurnalis Swara Lampung, politisi Partai Hanura, kini Partai Demokrat Lampung, Ferry Susanto; eks Pinum SKM Teknokra Unila, Sekjen Dewan Rakyat Lampung (DRL), Direktur Eksekutif Pusat Studi Strategi Kebijakan (Pussbik), Idhan Djanuwardana; eks Pemred SKM Teknokra Unila dan Tribun Lampung serta koresponden Koran Sindo Lampung, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung, jurnalis cum penulis Juwendra Asdiansyah.

Sejawat Fuad, teman kuliah, mantan aktivis SMPT UBL lainnya, tampak turut bertakziah di kediaman mendiang, Minggu malam.

Antara lain, mantan Sekjen DRL, politisi PDI Perjuangan dan Partai Demokrat kini Partai NasDem Lampung K. Agus Revolusi, bekas politisi PPP Lampung kini pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) cum advokat Ujang Tommy, dan advokat eks Direktur Eksekutif LBH Rakyat (LBHR), YF Triassaputra.

Tampak pula mantan Direktur Eksekutif Wilayah (Ekswil) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung, Hendrawan; aktivis Muhammadiyah, advokat non aktif, komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandarlampung Hamami, dan lainnya.

Muhammad Fuad meninggalkan rekam jejak terbaiknya mengarungi kehidupan dunia. Asli Betawi kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1976 asal Condet, Jakarta Timur ini, dididik di lingkungan keluarga yang memegang teguh nilai, norma dan prinsip agama.

Fuad lulusan S1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bandar Lampung (UBL) 1994. Dia lulus dengan gelar S.Sos. Sekian warsa kemudian, gelar Magister Hukum UBL berhasil dia sabet. Gelar spesialis profesi Mediator Bersertifikat, yakni Certified Mediator (C.Me.) juga berhasil dia gaet.

Namanya harum saat dia terdapuk sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) UBL 1997-1998. Satu babak sejarah revolusioner dalam perjalanan politik ketatanegaraan republik ini. Dan dia suka tidak suka, mau tidak mau, berkelindan erat didalamnya. Bahkan menjadi bagian dari kekuatan inti barisan pelopor.

Barisan pimpinan legal salah satu organisasi kemahasiswaan intrakampus di Lampung, tergolong kampus corong, basis gerakan mahasiswa Lampung kurun dekade 1990-an.

Periode "perih", manakala musim senjakala jelang: dimulai dari pesta pora pseudo bubble economy, rerata pertumbuhan ekonomi nasional meroket pada 1996, lantas terjun bebas ditandai dengan hadir tanpa permisi, krisis depresiasi rupiah 1997 lalu mengganas menjadi krisis moneter lalu tanpa ampun menghebat menjadi krisis ekonomi, tiada terelakkan tanpa ba bi bu berubah menjadi krisis ekonomi politik hingga akhirnya rezim berkuasa, rezim diktator, rezim despotik 32 tahun ini lantas benar-benar tumbang, rezim kapitalis-militeristik Orde Baru Soeharto, jatuh, ditandai dengan pengunduran diri Soeharto  dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998.

Fuad muda, jejaka Betawi ini ada di sana! Dia, sang aktivis, berdiri gagah berani di barisan massa aksi demi massa aksi. Tiada hari tanpa aksi, tiada hari tanpa demonstrasi, dan akhirnya pun pekik Gulingkan Soeharto! itu pun berkesudahan sudah. Reformasi bergulir.

Kelak kemudian dikenang menjadi bagian dari pelaku sejarah gerakan reformasi 1998 hingga sandang status aktivis 1998 Lampung, semasa hidupnya Fuad dikenal sosok rendah hati, hingga akhir hayat.

Sekali lagi, melakoni kesehariannya sebagai Ketua SMPT UBL 1997-1998, periode tiada hari tanpa aksi massa gerakan mahasiswa dan rakyat Lampung dan seluruh Indonesia satu aksi satu komando "Gulingkan Rezim Orde Baru Soeharto!" ditengah ancaman apparatus represif negara, dan juga kabar berantai via alat komunikasi canggih masa itu: gawai dan seranta (pager) soal diculiknya satu demi satu aktivis prodemokrasi di banyak daerah penentang kediktatoran rezim kapitalis-militeristik Orde Baru Soeharto itu.

Satu ketika, Fuad ungkapkan kegusarannya, bahwa dia juga enggan jadi aktivis 'kentang' alias kena tanggung. Dia aktif mengorganisir massa, mengorganisir perlawanan massa mahasiswa merambat ke basis massa rakyat sektoral, baik buruh/pekerja, kaum tani miskin, dan rakyat miskin kota (urban poor).

Berjibaku dengan jaket almamater, buku kiri, megaphone, ikat kepala, pernyataan sikap dan selebaran aksi, Fuad aktivis berambut ikal bergelombang ini selain dikenal pandai menjaga rahasia, jarang terlihat muram.

Saat serius tengah berorasi depan puluhan, ratusan, ribuan, hingga jelang (buah dari tiada putusnya kerja keras terjal pengorganisiran basis massa berlawan lintas sektor dan pengorganisasian perlawanan rakyat yang terstruktur, sistematis, masif) dan hingga pascareformasi Mei 1998 bergulir: puluhan ribu massa aksi pun, dia tetap saja tampak seperti sedang manis tersenyum.

Fuad pernah terlibat aktif dalam ratusan kali aksi massa; dari mimbar bebas, long march, konvoi kendaraan bermotor, blokade jalan, rapat akbar vergadering, perlawanan pasif mogok makan, pendampingan massa rakyat gelar aksi pendudukan lahan, dan segudang metode aksi perlawanan menentang rezim despotik Orde Baru Soeharto, di Lampung mau pun di Jakarta.

Sebut antara lain demonstrasi berujung chaos mahasiswa vs polisi-tentara di area tugu jalan dua lajur keluar masuk dari dan ke kampus hijau Universitas Lampung (Unila), Jl Prof Dr Sumantri Brodjonegoro, Gedong Meneng, Rajabasa, Bandarlampung, diwarnai aksi perang batu dan antiklimaks dengan 'barter' pembebasan seluruh massa mahasiswa yang ditangkap dan ditahan polisi di Mapolresta Bandarlampung, dengan delapan perwira menengah Polda Lampung yang terpaksa 'disandera' puluhan ribu massa mahasiswa dalam kampus yang amat murka, saat kedua belah pihak hendak bernegosiasi di gedung Rektorat Unila.

Kelak kini, dikenang berkat pers (antara lain berkat jasa wartawan Harian Lampung Post cum koresponden koran berbahasa Inggris The Jakarta Post masa itu, kini advokat gerakan perjuangan muslim Gunawan Pharrikesit, dan koresponden Majalah Gatra Iman Untung Slamet) hingga populer Tragedi Gedong Meneng Berdarah 19 Maret 1998.

Juga, aksi unjuk rasa lima puluh ribuan mahasiswa Lampung menuntut Gulingkan Soeharto! berujung bentrok depan kampus UBL, Jl Zainal Abidin Pagar Alam, Kedaton, Bandarlampung, tepat pada H-1 mundurnya Soeharto dari kursi presiden 21 Mei 1998.

Serta, aksi massa demonstran penentang rencana pengesahan RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) usulan pemerintah Presiden BJ Habibie melalui Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI (kini Purn) Wiranto, berujung pecah bentrokan berdarah depan Makoramil Kedaton (kini kantor sipil) dekat kampus UBL; menewaskan mahasiswa Sosiologi FISIP Unila, aktivis Dema Unila, Muhammad Yusuf Rizal alias Ijal, tewas di tempat tertembak peluru tajam aparat tentara anggota Koramil Kedaton; dan mahasiswa FKIP Unila, jurnalis SKM Teknokra Unila, Saidatul Fitria alias Atul, diduga kuat terpopor senapan laras panjang aparat polisi BKO yang baru saja tiba di Pelabuhan Panjang dari Operasi Timor Loro Sae di Timor Timur; yang lelagi berkat pers kelak kini dikenang Tragedi UBL Berdarah 28 September 1999.

Selulusnya kuliah Fuad tetap terhubung dengan jejaring perlawanan terorganisir rakyat, dimana dia punya irisan kuat dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dicap musuh politik bebuyutan rezim Orde Baru dan sisa-sisa Orde Baru.

Fuad sang sarjana diketahui pula selain itu sempat beberapa lama diberi mandat oleh para sejawat senasib sepenanggungannya, sebagai Direktur Operasional Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandarlampung.

Mengelindan pula, selain jejaring Dewan Rakyat Lampung (DRL), organisasi front perlawanan rakyat korban penghisapan ekonomi dan penindasan politik Orde Baru yang terus dipertahankan keberadaannya dan eksis pun hingga saat ini, Muhammad Fuad kian matang pendewasaan kiprahnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat tertindas.

Tercatat, dia pun berjalin cukup nian erat dengan banyak sahabat, sesama aktivis prodemokrasi beda lapangan pengabdian sama agregat, seperti para aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung, Gerakan Petani Lampung (GPL), Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Ikatan Petani Lampung (IPL), Mediator Masyarakat Indonesia (MMI), para aktivis dan intelektual muda progresif Nahdlatul Ulama (NU), Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Lampung, Wahana Pecinta Lingkungan (Watala) Lampung, serta berbagai organisasi komunitas, organisasi kerelawanan sosial kemanusiaan, organisasi profesi, dan organisasi rakyat (OR). Lainnya.

Sekian warsa kemudian, dia juga aktif di LBH Pelopor 98 dirian jejaring eks kader PRD, yang menolak tunduk pada praktik ketidakadilan hukum positif warisan rezim kolonial: tumpul ke atas, tajam betul ke bawah.

Dan hingga tiba 22 tahun pasca-1998, Fuad turut buat rekan sejawat sarat keterkejutan kala itu, saat namanya muncul dalam bursa hingga klimaks terpilih terlantik menjadi anggota alias komisioner Komisi Informasi (KI) Provinsi Lampung 2020-2024.

Praktis, salah satu eksponen kebanggaan gerakan 1998 di Lampung ini pun; empat tahun terakhir lebih banyak menghabiskan waktunya menjalankan tugas negara, selaku salah satu pejuang keterbukaan informasi publik yang tetap saja masih menjadi barang mahal di republik 79 tahun ini.

Berdomisili kerja di kantor sederhana KI Provinsi Lampung, Jl Basuki Rahmat, Sumur Putri, Telukbetung Utara, Bandarlampung, di situ dia membersamai empat kompatriot.

Ada ketua terdahulu, Syamsurrizal, dan tiga komisioner lainnya yakni cum wakil ketua Dery Hendriyan, cum wakil ketua Erizal dan anggota Ahmad Alwi Siregar.

Diumumkan lulus uji kepatutan kepantasan oleh DPRD Provinsi Lampung 20 Januari 2020, terakhir per Februari 2024 lalu Fuad didapuk sebagai Ketua KI Provinsi Lampung sisa masa jabatan periode 2020-2024 ini.

Pada H+1 wafatnya, melalui situs resmi, KI Provinsi Lampung turut menyiarkan ucapan belasungkawa yang sedalam-dalamnya.

"Segenap keluarga besar Komisi Informasi Provinsi Lampung turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya Bapak Muhammad Fuad, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya, amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Serta semoga kelurga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Aamiin," bunyi ucapan KI Lampung.

“Selamat jalan Bapak Muhammad Fuad, semoga amal baikmu menjadi penuntun jalanmu ke Surga-Nya,” tuturnya. (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment