Muhammad Fuad, Aktivis 98, Ketua Komisi Informasi Lampung, Wafat

Muhammad Fuad, Aktivis 98, Ketua Komisi Informasi Lampung, Wafat
Ket Gambar : Poster digital ucapan belasungkawa atas meninggalnya komisioner/Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung, Muhammad Fuad. | KI Provinsi Lampung/Muzzamil

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Kabar duka cita datang dari segenap eksponen gerakan 1998; plus kecabangan provinsi, lembaga negara non kementerian yang bersifat tetap, nasional dan mandiri, pelaksana Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) sejak 1 Mei 2010; Komisi Informasi (KI) Provinsi Lampung.

Muhammad Fuad (48), salah satu dari lima komisioner, terakhir (hingga akhir hayatnya) menjabat Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung periode 2020-2024, dikabarkan wafat di RSU Graha Husada, Jl Gajah Mada Nomor 88, Tanjung Agung Raya, Kecamatan Kedamaian, Bandarlampung, pada Minggu (3/3/2024) sekira pukul 14.30 WIB, diduga akibat serangan jantung.

"Telah meninggal dunia kawan kita Muhammad Fuad, S.Sos⁩, karena sakit serangan jantung siang ini. Alamat duka Jalan Trans Pidada, Kecamatan Panjang, Bandarlampung. Otw (on the way) rumah duka," afirmasi kawat duka kiriman Ketua Keluarga Besar Rakyat Demokratik (KBRD) Lampung, Ali Akbar, via WhatsApp, pada Minggu petang, pukul 15.47 WIB.

Ali Akbar, mantan aktivis Dewan Pelajar Lampung (Depel) 1996-1999, Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Lampung, dan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Lampung kini advokat ini, bersama rekan almarhum lainnya: legenda perlawanan miskin kota basis Kartini Bandarlampung, Awaluddin, turut berkesibukan membantu proses persemayaman di rumah duka.

Almarhum pemilik nama lengkap gelar Muhammad Fuad, S.Sos, M.H., C.Me., bin Muhammad Zen, karib disapa Fuad, terakhir bertugas sidang antara lain saat dia bertindak sebagai anggota Majelis Komisioner (MK) KI Provinsi Lampung bersama sejawat anggota lainnya Ahmad Alwi Siregar, dan Ketua Majelis Syamsurrizal didampingi Panitera Pengganti Yuli Kurniawati, pada sidang pembacaan hasil putusan sidang sengketa informasi publik Nomor Register 015/XII/KIProv-LPG-PS/2023, antara Pemohon Lapisan Pemantau Situasi terhadap Termohon yakni Kepala Desa Subik, Kecamatan Abung Tengah, Lampung Utara di Ruang Sidang KI Provinsi Lampung, Jl Basuki Rahmat, Sumur Putri, Telukbetung Utara, Bandarlampung, pada 23 Januari 2024.

Pada sidang sengketa informasi perdana tahun 2024 itu, Majelis Komisioner (MK) KI Provinsi Lampung, dalam amar putusannya, menyatakan tidak menerima permohonan sengketa informasi Pemohon, seluruhnya.

Informasi diminta: SPJ Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Desa Subik Tahun Anggaran 2022 dan 2023, Daftar Inventaris Aset Desa, Laporan Pertanggungjawaban BUMDes dan Usaha Desa Lainnya, Laporan Penggunaan Dana Bantuan Penanggulangan COVID-19, dan Laporan Pengelolaan Pasar Desa Subik Tahun 2022-2023.

Majelis Komisioner berpendapat, Pemohon tak punya kedudukan hukum (legal standing) ajukan permohonan dalam sengketa a quo.

Semasa hidup, almarhum kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1976, jebolan S1 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bandar Lampung (UBL), dikenal sosok rendah hati.

Dia aktivis 1998 Lampung. Fuad merupakan Ketua Senat Perguruan Tinggi (SMPT) UBL periode perih, 1997-1998, periode tiada hari tanpa aksi massa gerakan mahasiswa-rakyat Lampung satu aksi satu komando pekikkan "Gulingkan Rezim Orde Baru Soeharto!", di tengah ancaman apparatus represif negara, dan kabar berantai via alat komunikasi keren masa itu: seranta (pager) soal diculiknya satu demi satu aktivis prodemokrasi penentang kediktatoran rezim kapitalis-militeristik 32 tahun berkuasa itu. UBL, basis gerakan militan progresif revolusioner, masa itu.

Satu ketika, Fuad pernah mengungkapkan kegusarannya, bahwa dia juga enggan jadi aktivis 'kentang' alias kena tanggung. Dia pun aktif mengorganisir massa, mengorganisir perlawanan massa mahasiswa merambat ke basis massa rakyat sektoral, buruh/pekerja, tani miskin, rakyat miskin kota (urban poor).

Berjibaku dengan jaket almamater, koleksi buku-buku kiri, megaphone, ikat kepala, juga pernyataan sikap dan selebaran aksi, Fuad sang aktivis muda progresif berambut ikal bergelombang ini selain dikenal pandai menjaga rahasia, juga jarang terlihat muram.

Saat serius tengah berorasi depan belasan, puluhan, ratusan, ribuan, hingga jelang dan hingga pascareformasi Mei 1998 bergulir: puluhan ribu massa pun, dia tetap tampak seperti sedang manis tersenyum.

Fuad pernah terlibat aktif dalam ratusan kali aksi massa; dari mimbar bebas, long march, konvoi kendaraan bermotor, blokade jalan, rapat akbar vergadering, perlawanan pasif mogok makan, pendampingan massa rakyat gelar aksi pendudukan/perebutan kembali lahan/tanah rakyat yang dirampas secara sewenang-wenang oleh rezim Orde Baru (reclaiming), dan segudang metode aksi perlawanan menentang rezim despotik Orde Baru Soeharto, di Lampung, pun di Jakarta.

Sebut antara lain demonstrasi berujung chaos mahasiswa vs polisi-tentara di area tugu jalan dua lajur keluar masuk dari dan ke kampus hijau Universitas Lampung (Unila), Jl Prof Dr Sumantri Brodjonegoro, Gedong Meneng, Rajabasa, Bandarlampung, diwarnai aksi perang batu dan antiklimaks dengan barter pembebasan seluruh massa mahasiswa yang ditangkap dan ditahan polisi di Mapolresta Bandarlampung, dengan delapan perwira menengah Polda Lampung yang terpaksa disandera oleh mahasiswa dalam kampus saat kedua belah pihak hendak bernegosiasi di gedung Rektorat Unila.

Kelak dikenang berkat pers (antara lain jasa wartawan Lampung Post cum koresponden koran berbahasa Inggris The Jakarta Post Lampung masa itu, kini advokat gerakan perjuangan muslim Gunawan Pharrikesit, dan koresponden Majalah Gatra Iman Untung Slamet) populer hingga kini disebut Tragedi Gedong Meneng Berdarah 19 Maret 1998.

Juga, aksi unjuk rasa lima puluh ribuan mahasiswa Lampung menuntut Gulingkan Soeharto berujung bentrok depan kampus UBL, Jl Zainal Abidin Pagar Alam, Kedaton, Bandarlampung, tepat H-1 mundurnya Soeharto dari kursi presiden 21 Mei 1998.

Serta, aksi massa demonstran penentang pengesahan RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) usulan pemerintahan Presiden Habibie melalui Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI (kini Purn) Wiranto, berujung pecah bentrokan berdarah depan Makoramil Kedaton (kini kantor sipil) dekat kampus UBL; menewaskan mahasiswa Sosiologi FISIP Unila, aktivis Dema Unila, Muhammad Yusuf Rizal alias Ijal, tewas di tempat tertembak peluru tajam aparat tentara anggota Koramil Kedaton; dan mahasiswa FKIP Unila, jurnalis SKM Teknokra Unila, Saidatul Fitria alias Atul, diduga kuat akibat terpopor senapan laras panjang aparat polisi BKO yang baru saja tiba di Pelabuhan Panjang, Bandarlampung, dari Operasi Timor Loro Sae di Timor Timur; berkat pers kelak kini dikenang sebagai Tragedi UBL Berdarah 28 September 1999.

Selulusnya kuliah, Fuad tetap berupaya untuk terus terhubung dengan jejaring perlawanan terorganisir rakyat, dimana dia punya irisan kuat dengan PRD yang dicap musuh politik bebuyutan Orde Baru dan sisa-sisa Orde Baru.

Selain itu Fuad sang sarjana diketahui pula sempat beberapa lama diberi mandat oleh para sejawat seperjuangan sebagai Direktur Operasional Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandarlampung.

Sekian warsa kemudian, dia juga aktif di LBH Pelopor 98 dirian para jejaring eks PRD, yang menolak tunduk pada praktik ketidakadilan hukum positif warisan rezim kolonial: tumpul ke atas, tajam betul ke bawah.

Kehilangan sangat, para sahabat mendiang yang kini tersebar di sejumlah wilayah di Tanah Air, terkejut tetiba saja yang datang warta lara, nun sekaligus pula melarungkan kawat belasungkawa dan doa perpisahan.

Tak sedikit, bertestimoni. Sebut antara lain; mantan aktivis SMPT UBL dan Dema UBL, bekas Ketua PRD Lampung Tengah era PRD resmi menjadi peserta nomor urut 16 pada Pemilu 1999, Abner Wisman Waldo Lumban Gaol; eks Ketua PRD Jawa Barat, pengurus KPP-PRD, kini elit Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Bin Bin Tresnadi; dan, bekas aktivis Dema Unila, Ketua PRD Lampung era Gus Dur kini advokat di Jakarta, Fajar Lesmana.

Lalu, mantan aktivis SMPT UBL, pentolan ormas Kaum Miskin Kota untuk Revolusi Demokratik (Kastared), eks Ketua KPK-PRD Kota Bandarlampung dan Sekretaris PRD Lampung era Gus Dur, pernah jadi jurnalis Swara Lampung, politisi Partai Hanura, kini Partai Demokrat Lampung, Ferry Susanto; eks Pinum SKM Teknokra Unila, Sekjen Dewan Rakyat Lampung (DRL), Direktur Eksekutif Pusat Studi Strategi Kebijakan (Pussbik), Idhan Djanuwardana; eks Pemred SKM Teknokra Unila dan Tribun Lampung, koresponden Koran Sindo Lampung, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung, jurnalis cum penulis Juwendra Asdiansyah.

Dari Bumi Lancang Kuning, mantan ideolog PRD, kini dosen di salah satu STIE Pekan Baru, Dr Putra Budi Ansori juga turut menyampaikan belasungkawa. Pun mantan kader PRD, eks aktivis Komite Perempuan Anti Militerisme (KPAM) Lampung Laela Achmad, kini pebisnis jasa agensi perjalanan umroh dan haji, dari Samarinda, Kalimantan Timur, sejawat Fuad. Lainnya.

Sejawat Fuad, teman kuliah, mantan aktivis SMPT UBL lainnya, tampak turut bertakziah di kediaman mendiang, Minggu malam.

Antara lain, mantan Sekjen DRL, politisi PDI Perjuangan dan Partai Demokrat kini Partai NasDem Lampung K. Agus Revolusi, bekas politisi PPP Lampung kini pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) cum advokat Ujang Tommy, dan advokat eks Direktur Eksekutif LBH Rakyat (LBHR), YF Triassaputra.

Tampak pula mantan Direktur Eksekutif Wilayah (Ekswil) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung, Hendrawan; aktivis Muhammadiyah, advokat non aktif, komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandarlampung Hamami, dan lainnya.

Dari sekian obituari, satu dicuplikkan. Lewat unggahan media sosialnya, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Lampung kini komisioner cum Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat (Kadiv Sosdiklih Parmas) KPU Provinsi Lampung, Antoniyus Cahyalana; meruwat ingatan.

"Sore tadi, seorang sahabat telah pergi untuk selamanya. Beliau, Muhammad Fuad, Ketua Komisi Informasi Lampung. Saya kenal dekat ketika beliau aktif di LBH Bandarlampung, dan kami pun pernah bersama-sama menjadi pengurus di LBH Sembilan Delapan (LBH 98)," kenang dia.

"Beliau orang baik, santai dan santun, teguh dan komitmen dalam memperjuangkan hak-hak rakyat," sambung Antoniyus, komisioner putra daerah asal Tanggamus. Ini.

"Suatu waktu di tahun 2015, sebagai Ketua Hukum dan HAM PWPM (Pengurus Wilayah Pemuda Muhammadiyah) Lampung, saya menggelar pelatihan paralegal. Kami bekerja sama dengan LBH 98 dan meminta beliau menjadi narasumber dan fasilitator bersama Heri Usman dkk. Saya sampaikan, kegiatan ini tak memiliki pendanaan cukup apalagi harus membayar narasumber," Antoniyus berkisah.

"Beliau hanya tertawa, katanya 'Alhamdulillah, kita bersyukur masih bisa berbagi ilmu dan menjalin silaturahim dengan orang-orang yang peduli dengan kepentingan rakyat'. Puluhan orang yang pernah dikader pasti akan mengingat jasa baik beliau," takzim dia.

"Sebulan sebelum hari pemungutan suara, kami bertemu di (Hotel) Sheraton, beliau di undang sebagai narasumber oleh KPU Provinsi Lampung. Rupanya itu perjumpaan terakhir. Selamat jalan sahabat sekaligus saudaraku. Semoga husnul khotimah. Abadi perjuanganmu," pungkas Antoniyus teringat momen terakhir bareng Fuad, Januari lewat.

Turut terpukul kehilangan, kompatriot Fuad di komisi negara dia terakhir mengabdi itu. Seperti, mantan ketua dan periode saat ini komisioner KI Provinsi Lampung Derry Hendriyan yang juga mantan Presiden BEM KBM Unila 1998-1999, serta mantan aktivis IMM Lampung Erizal, komisioner lainnya.

Sebagai informasi pengingat, Fuad yang disebut sejumlah rekannya selain cerdas terhitung cerdik ini pula, dinyatakan lulus seleksi usai uji kepatutan dan kepantasan calon anggota KI Provinsi Lampung oleh DPRD Provinsi Lampung, ditetapkan oleh Ketua DPRD Provinsi Lampung Mingrum Gumay pada 20 Januari 2020 dengan skor tertinggi peringkat kedua, 1136, terpaut 8 poin dibawah Derry Hendriyan, yakni 1144, terpaut 1095 poin diatas Erizal, yakni 1126,5.

Dari informasi berharga Ferry Susanto didapat afirmasi lantaran masih menunggu ketibaan kerabat mendiang dari Jakarta, maka jenazah mendiang Fuad yang meninggalkan seorang istri yang dinikahinya Juni 2005 silam, dua anak buah pernikahan mereka, dimakamkan pada hari ini, Senin (4/3/2024).

Selamat jalan, Muhammad Fuad. Tugas sejarahmu kini kaffah taklimat. Selamat beristirahat. Sebagai penghormatan terakhir, terimalah salam hormat khas demonstran jalanan: Hidup Rakyat! (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment