Mengoptimalkan Teknologi EdTech: Solusi Bisnis untuk Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan Tinggi
-
Aidil
- 11 February 2025

Clickinfo.co.id - Pendidikan tinggi memiliki peran vital dalam pembangunan sumber daya manusia dan kemajuan suatu bangsa. Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0, kebutuhan akan tenaga kerja berkualitas dan berdaya saing global semakin meningkat.
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar, menghadapi tantangan besar dalam menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Disparitas geografis, keterbatasan infrastruktur, dan ketimpangan ekonomi menjadi hambatan utama dalam pemerataan akses pendidikan tinggi.
Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020), Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia baru mencapai 30,28%, jauh di bawah target nasional sebesar 50% pada tahun 2024. Kesenjangan akses pendidikan tinggi antara daerah perkotaan dan pedesaan juga masih signifikan, dengan APK di daerah perkotaan mencapai 41,58% sementara di daerah pedesaan hanya 17,04%.
Di tengah tantangan tersebut, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membuka peluang baru dalam dunia pendidikan, khususnya melalui teknologi EdTech (Educational Technology). EdTech menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi berbagai kendala dalam penyediaan pendidikan tinggi yang berkualitas dan terjangkau.
Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company (2020), sektor EdTech di Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR sebesar 53% antara tahun 2020-2025, mencapai nilai pasar sekitar $1,7 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya penetrasi internet, yang menurut APJII (2020) telah mencapai 73,7% dari total populasi Indonesia.
Namun, implementasi EdTech di Indonesia masih belum optimal dan memerlukan strategi bisnis yang tepat untuk dapat memberikan dampak signifikan pada peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan tinggi.
Meskipun potensi EdTech sangat besar, pengembangan dan implementasinya di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Infrastruktur digital yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia menjadi hambatan utama dalam penggunaan teknologi pendidikan secara luas.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (2021), masih terdapat 12.548 desa di Indonesia yang belum terjangkau jaringan 4G. Kesiapan sumber daya manusia, baik dari sisi pendidik maupun peserta didik, dalam mengadopsi teknologi EdTech juga masih perlu ditingkatkan. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 13,3% pengguna internet di Indonesia yang memanfaatkannya untuk keperluan pendidikan.
Selain itu, konten pembelajaran digital yang berkualitas dan sesuai dengan konteks lokal Indonesia masih terbatas. Studi oleh Pannen (2018) mengungkapkan bahwa sebagian besar konten e-learning yang tersedia masih didominasi oleh materi berbahasa Inggris dan kurang relevan dengan kurikulum nasional.
Model bisnis EdTech yang berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat juga belum sepenuhnya terbentuk. Menurut laporan Startup Genome (2020), tingkat kegagalan startup EdTech di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 90% dalam lima tahun pertama operasi.
Regulasi dan kebijakan pemerintah terkait EdTech masih perlu disempurnakan untuk mendukung pertumbuhan sektor ini secara optimal. Studi yang dilakukan oleh Utomo et al. (2019) menunjukkan bahwa masih terdapat ketidakjelasan dalam regulasi mengenai pengakuan kredit akademik untuk pembelajaran online dan jaminan kualitas pendidikan berbasis teknologi.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan strategi bisnis yang komprehensif untuk mengoptimalkan peran EdTech dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam implementasi EdTech di sektor pendidikan tinggi Indonesia secara lebih mendalam. Hal ini mencakup analisis terhadap infrastruktur digital, kesiapan sumber daya manusia, ketersediaan konten pembelajaran yang relevan, serta regulasi yang berlaku.
Implementasi teknologi EdTech dalam pendidikan tinggi di Indonesia membuka berbagai peluang yang menjanjikan. Perkembangan teknologi ini memungkinkan penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh yang dapat menjangkau daerah terpencil dan mengurangi biaya pendidikan, sebagaimana ditunjukkan oleh studi Allen & Seaman (2017).
Teknologi adaptive learning menawarkan pengalaman belajar yang personal dan sesuai dengan kebutuhan individual mahasiswa, meningkatkan efektivitas proses pembelajaran (Bulger, 2016). Sementara itu, pemanfaatan big data dan analitik pembelajaran membuka peluang bagi institusi pendidikan tinggi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dan meningkatkan retensi mahasiswa (Siemens & Long, 2011).
Inovasi teknologi seperti blockchain juga berpotensi meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam manajemen kredensial akademik, sebagaimana diungkapkan oleh Grech & Camilleri (2017). Selain itu, penggunaan realitas virtual dan augmented reality dapat memperkaya pengalaman belajar praktik tanpa batasan ruang dan waktu, membuka peluang baru dalam pendidikan eksperiensial (Merchant et al., 2014). Namun, di balik peluang-peluang tersebut, terdapat tantangan signifikan yang perlu diatasi.
Kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi hambatan utama dalam implementasi EdTech di Indonesia (Azzahra, 2020). Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang tidak merata menyebabkan akses terhadap pembelajaran berbasis teknologi menjadi tidak setara. Selain itu, kesiapan digital tenaga pendidik dan mahasiswa juga perlu ditingkatkan untuk mengoptimalkan penggunaan EdTech. Penelitian Rasmitadila et al. (2020) menunjukkan bahwa masih banyak pendidik yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran mereka.
Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan konten pembelajaran digital yang berkualitas dan sesuai konteks lokal. Hal ini membutuhkan investasi besar, baik dari segi waktu, tenaga, maupun finansial (Pannen, 2018). Selain itu, regulasi yang mendukung inovasi EdTech masih perlu disempurnakan untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan sektor ini (Utomo et al., 2019). Keamanan data dan privasi pengguna juga menjadi isu krusial yang perlu ditangani dengan serius, mengingat sensitifitas informasi akademik dan personal yang terlibat dalam proses pembelajaran digital (Prinsloo & Slade, 2016).
Untuk mengoptimalkan potensi EdTech dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, diperlukan model bisnis yang tepat dan berkelanjutan. Model freemium, yang menyediakan layanan dasar secara gratis dengan opsi langganan premium untuk fitur tambahan, dapat meningkatkan aksesibilitas sambil tetap mempertahankan keberlanjutan bisnis (Kumar, 2014). Model marketplace yang menghubungkan penyedia konten pendidikan dengan peserta didik juga memiliki potensi besar, memungkinkan berbagai pilihan kursus dan program yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu (Witthaus et al., 2016).
Solusi B2B EdTech yang menyediakan teknologi pendidikan untuk institusi pendidikan tinggi dapat membantu percepatan transformasi digital di sektor ini (Holon IQ, 2021). Sementara itu, model microlearning dan nanodegree yang menawarkan program pendidikan singkat dan fokus sesuai dengan kebutuhan industri dapat menjembatani kesenjangan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja (Kapp & Defelice, 2019). Model EdTech as a Service (ETaaS) yang menyediakan layanan EdTech terintegrasi mencakup platform, konten, dan dukungan teknis juga memiliki potensi besar dalam konteks Indonesia (Adkins, 2020).
Untuk mengoptimalkan implementasi EdTech di pendidikan tinggi Indonesia, diperlukan kolaborasi yang erat antara berbagai pemangku kepentingan. Kemitraan industri-akademik antara perusahaan EdTech dan institusi pendidikan tinggi dapat menghasilkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal (Etzkowitz & Leydesdorff, 2000). Public-Private Partnership antara pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan dalam pengembangan infrastruktur digital dan konten pembelajaran (Verger et al., 2016). Pembentukan konsorsium EdTech dapat mendorong standarisasi dan interoperabilitas teknologi, sementara kolaborasi riset antara industri EdTech, akademisi, dan lembaga penelitian dapat mendorong inovasi berkelanjutan (Williamson, 2019; Serdyukov, 2017).
Pengembangan konten digital yang berkualitas memerlukan kerangka kerja yang komprehensif. Pemetaan kebutuhan pembelajaran spesifik di berbagai bidang studi dan tingkat pendidikan menjadi langkah awal yang krusial (Mishra & Koehler, 2006). Desain instruksional adaptif yang dapat menyesuaikan dengan gaya belajar dan tingkat pemahaman individu perlu dikembangkan (van Merriënboer & Kirschner, 2017). Lokalisasi dan kontekstualisasi konten global dengan budaya lokal Indonesia juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran (Traxler, 2018).
Implementasi standar kualitas dan proses peer review untuk konten digital perlu dilakukan untuk menjamin kualitas pembelajaran (Ossiannilsson et al., 2015). Evaluasi berkelanjutan menggunakan learning analytics juga diperlukan untuk terus meningkatkan kualitas konten berdasarkan umpan balik pengguna (Siemens, 2013). Dengan pendekatan yang komprehensif ini, pengembangan konten digital dapat lebih terarah dan efektif dalam memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi di Indonesia.
Untuk mengakselerasi adopsi dan efektivitas EdTech dalam pendidikan tinggi Indonesia, beberapa langkah konkret perlu diambil. Program literasi digital yang komprehensif perlu diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan digital pendidik dan mahasiswa (Spante et al., 2018). Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal bagi institusi pendidikan tinggi yang mengadopsi solusi EdTech dapat mempercepat transformasi digital di sektor ini (OECD, 2016). Penyempurnaan regulasi juga diperlukan untuk mendukung inovasi EdTech sambil tetap melindungi kepentingan pengguna (Williamson & Hogan, 2020).
Percepatan pembangunan infrastruktur digital, terutama di daerah terpencil, menjadi prasyarat penting dalam pemerataan akses terhadap EdTech (ITU, 2019). Alokasi dana riset untuk inovasi EdTech yang sesuai dengan konteks Indonesia juga diperlukan untuk mendorong pengembangan solusi yang tepat guna (UNESCO, 2019). Dengan implementasi langkah-langkah ini secara sistematis dan berkelanjutan, optimalisasi teknologi EdTech dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dapat terwujud.
Dalam kesimpulan, optimalisasi teknologi EdTech sebagai solusi bisnis untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Melalui implementasi model bisnis yang tepat, kolaborasi multi-stakeholder, pengembangan konten berkualitas, dan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan adopsi dan efektivitas EdTech, Indonesia dapat memanfaatkan potensi teknologi ini untuk mengatasi tantangan dalam sektor pendidikan tinggi. Dengan demikian, visi untuk menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat dapat diwujudkan, mendorong pembangunan sumber daya manusia yang berdaya saing global dan berkontribusi pada kemajuan bangsa di era digital.
Daftar Pustaka:
Adkins, S.S. (2020). The 2019-2024 Global EdTech as a Service Market. Metaari Advanced Learning Technology Research.
Allen, I.E., & Seaman, J. (2017). Digital Learning Compass: Distance Education Enrollment Report 2017. Babson Survey Research Group.
Azzahra, N.F. (2020). Addressing Distance Learning Barriers in Indonesia Amid the Covid-19 Pandemic. Center for Indonesian Policy Studies.
Bulger, M. (2016). Personalized Learning: The Conversations We're Not Having. Data & Society Research Institute.
Czerniewicz, L., & Brown, C. (2013). The habitus of digital "strangers" in higher education. British Journal of Educational Technology, 44(1), 44-53.
Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L. (2000). The dynamics of innovation: from National Systems and "Mode 2" to a Triple Helix of university–industry–government relations. Research policy, 29(2), 109-123.
Google, Temasek, & Bain & Company. (2020). e-Conomy SEA 2020: At full velocity - Resilient and racing ahead.
Grech, A., & Camilleri, A.F. (2017). Blockchain in Education. JRC Science for Policy Report.
Holon IQ. (2021). Global EdTech Market to reach $404B by 2025 - 16.3% CAGR.
ITU. (2019). Measuring digital development: Facts and figures 2019. International Telecommunication Union.
Kapp, K.M., & Defelice, R.A. (2019). Microlearning: Short and Sweet. Association for Talent Development.
Kumar, V. (2014). Making "Freemium" Work. Harvard Business Review, 92(5), 27-29.
Merchant, Z., Goetz, E.T., Cifuentes, L., Keeney-Kennicutt, W., & Davis, T.J. (2014). Effectiveness of virtual reality-based instruction on students'
Penulis : Annisa Bertina
Comments (0)
There are no comments yet