Pro Kontra 'Wadidaw' Festival Krakatau (3)

Pro Kontra 'Wadidaw' Festival Krakatau (3)
Ket Gambar : Si cantik memukau, peserta karnaval budaya Festival Krakatau, beberapa tahun lampau. | Indra Saputra/Pinterest/Muzzamil

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Festival Krakatau (FK) Lampung XXXIII Tahun 2023 atau K-Fest 2023, resmi dihelat 7-8 Juli 2023.

Usai kengerian akibat letusan dahsyat pertama yang ditemukenali terjadi tahun 416 Masehi seperti geolog Berend George Escher dan ahli lainnya sampaikan, berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang secara tekstual dalam Kitab Pustaka Raja Purwa, disebut Gunung Batuwara, setinggi 2 ribu meter di atas permukaan laut (mdpl), dan lingkaran pantainya 11 kilometer (km).

Kisah kengerian berulang sekitar 119 tahun berikutnya, akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau tahun 535 Masehi silam. Seperti terlukis dari literatur SpringerReference, Berlin/Heidelberg: Springer-Verlag, dari bunyi hingga imbas luluh lantak letusannya saat itu menyebabkan terbentuknya Selat Sunda, hilangnya peradaban Pasemah Lampung dan Salakanegara Banten selama dua hingga tiga dasawarsa, serta menyebabkan tsunami, cuaca dingin, dan langit gelap gulita.

Pulau Rakata, satu dari tiga sisa Krakatau Purba lalu tumbuh sesuai dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (Gunung Rakata), terbuat dari batuan basaltik. Dua gunung api lalu muncul dari tengah kawah: Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan, menyatu dengan sang pendahulu, Gunung Rakata, kemudian.

Jadi, Gunung Krakatau notabene persatuan dari ketiga gunung api ini? Sahih: ya.

Letusan Krakatau berikutnya, 11 abad lebih kemudian, pada tahun 1680, menghasilkan lava andesitik asam. Berulang dua abad berikutnya, tahun 1880, kala Perbuwatan aktif memuntahkan lava meski tak meletus.

Letusan dahsyat Krakatau lanjut terulang tiga tahun berselang. Usai pasca-1880 tidak ada lagi aktivitas vulkanis, sampai dengan tetiba terjadi ledakan kecil Gunung Krakatau, 20 Mei 1883, tetanda awal bakal ada letusan dahsyat di Selat Sunda, disusul letusan-letusan kecil, puncaknya terjadi saat letusan kataklismik Krakatau 26-27 Agustus 1883 menyebabkan gunung sirna dari permukaan laut.

Pengingat, letusan ini tercatat terjadi hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20.

Geolog lulusan Oxford, Simon Winchester, yang juga penulis National Geographic, disitat Wikipedia, mencatat letusan ini "adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern".

Suara letusannya, catat Simon, terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh seperdelapan (1/8) penduduk Bumi saat itu. "Sebelum erupsi, terjadi sejumlah gejala alam yang tak biasa. Perilaku hewan berubah. Kuda-kuda mengamuk, ayam tak bertelur, kera, burung tak nampak lagi di pepohonan," catat dia.

Sekadar ilustrasi dahsyatnya, suara letusan terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 km dari Krakatau. Daya ledaknya diperkirakan 30 ribu kali bom atom Hiroshima 6 Agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945, berbuntut kekalahan Jepang pengakhir Perang Dunia II.

Awan panas, dan gelombang pasang laut (tsunami) diakibatkannya (gelombangnya merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah, Semenanjung Arab 7 ribu km jauhnya) menewaskan 36.417 jiwa asal 295 kampung di kawasan pantai dari Merak di Cilegon Banten hingga Cilamaya di Karawang Jawa Barat, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon, di sini air bah masuk sampai 15 km arah barat), serta Sumatera bagian selatan.

Esoknya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta, pedalaman Lampung, tak lagi melihat lembayung.

The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik bervolume 18 km kubik. Semburan debu vulkanisnya hingga 80 km. Benda-benda keras yang berhambur ke udara itu jatuh di dataran Jawa dan Sumatera, bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global, dunia gelap 2,5 hari akibat debu vulkanis menutupi atmosfer, mentari redup sampai setahun berikut, hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York, Amerika Serikat, dan getaran akibat letusan terasa sampai ke Eropa.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan, sebagian Gunung Rakata yang setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km sedalam 250 meter. Tsunami pascaerupsi yang timbul bukan cuma karena letusan tetapi juga karena longsoran bawah laut, naik hingga setinggi 40 meter, hancurkan perkampungan menyapu apa saja yang berada di pesisir pantai.

Khusus tsunami pascaerupsi Agustus 1883 ini, sejumlah riset bilang, sampai sebelum 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.

Sekadar informasi, pakar kebencanaan, dosen cum Ketua Pusat Studi Gempa dan Tsunami, Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung (UBL), Dr Any Nurhasanah, pada taja tematik FGD "Lampung Alternatif Ibu Kota Pusat Pemerintahan RI" di Emersia Hotel & Resort Telukbetung, Bandarlampung, 15 Agustus 2017, mengungkap hasil kajian ia sekaligus pandu simulasi andai bencana gempabumi GAK Selat Sunda yang diikuti tsunami terjadi lagi, tersedia tenggat 'cari selamat' sekitar 100 menit khusus bagi warga Pulau Pasaran Bandarlampung, untuk mengevakuasi diri.

Pantengin terus ya, Kyay Atu. Bersambung. (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment