KKN UIN Raden Intan Menengok Potret Pertanian Tradisional di Desa Sungai Buaya

KKN UIN Raden Intan Menengok Potret Pertanian Tradisional di Desa Sungai Buaya
Ket Gambar : Mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampung yang sedang melakukan kunjungan observasi pada Selasa, 23 Juli 2024. Foto: Istimewa

Clickinfo.co.id - KKN UIN Raden Intan menengok potret pertanian tradisional di Desa Sungai Buaya.

Di balik hamparan sawah yang luas dan subur, Desa Sungai Buaya, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, menyimpan cerita panjang tentang perjuangan para petani dalam mempertahankan tradisi dan mata pencaharian mereka.

Desa ini dikenal sebagai lumbung beras terbesar di Mesuji, di mana padi menjadi komoditas utama dan ditanam oleh mayoritas petani. 

Di samping padi, beberapa petani juga menanam sayuran seperti cabai, tomat, dan sawi dalam skala yang lebih kecil.

Meskipun masih mempertahankan beberapa praktik pertanian tradisional, seperti penggunaan tenaga manusia di tahap awal pengolahan sawah, para petani di Desa Sungai Buaya mulai beralih menggunakan traktor untuk membajak sawah.

“Tradisi masih kami lestarikan, tapi untuk efisiensi waktu dan tenaga, kami mulai pakai traktor,” ujar Purba, Ketua Kelompok Tani Desa Sungai Buaya, kepada mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampung yang sedang melakukan kunjungan observasi pada Selasa, 23 Juli 2024.

Namun, di balik ketahanan dan tradisi mereka, para petani di Desa Sungai Buaya juga dihadapkan pada berbagai tantangan. 

Salah satu yang utama adalah keterbatasan akses terhadap teknologi dan modal. Sebagian besar petani masih menggunakan peralatan sederhana dan mengandalkan tenaga kerja keluarga.

“Harga yang tidak stabil juga menjadi masalah yang sering kami hadapi,” ungkap Purba. 

“Kami tidak tahu pasti kenapa, tapi harga jual hasil panen kadang turun drastis,” kata dia lagi. 

Di tengah keterbatasan tersebut, keberadaan kelompok tani di desa ini menjadi angin segar bagi para petani. 

Kelompok tani membantu mereka dalam mengakses informasi, teknologi, dan permodalan. 

Selain itu, kelompok tani juga berperan dalam memfasilitasi kerjasama antar-petani, seperti dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil panen.

“Dukungan dari pemerintah, khususnya Dinas Pertanian, juga membantu kami. Kami mendapatkan bantuan alat traktor dan pupuk subsidi,” tambah Purba.

Meskipun masih banyak rintangan yang harus dihadapi, para petani di Desa Sungai Buaya tetap optimis.

Mereka terus berupaya mempertahankan praktik pertanian tradisional sambil mengadopsi inovasi-inovasi baru. 

Dukungan dari pemerintah daerah dan kelembagaan lokal diharapkan dapat semakin memperkuat sektor pertanian desa ini di masa depan.

Dengan upaya bersama, diharapkan sektor pertanian di Desa Sungai Buaya dapat berkembang lebih pesat dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. (Annisa Bertina)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment