Jokowi: 2022, Stunting Tinggal 21,6 Persen, IPM Naik Jadi 72,99, Skor IDG Jadi 76,59

Jokowi: 2022, Stunting Tinggal 21,6 Persen, IPM Naik Jadi 72,99, Skor IDG Jadi 76,59
Ket Gambar : Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, pada hari peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Tahun 2023, pada Kamis 17 Agustus 2023. | Laily Rachev/BPMI Setpres Kemensetneg RI/Muzzamil

Jokowi: 2022, Stunting Tinggal 21,6 Persen, IPM Naik Jadi 72,99, Skor IDG Jadi 76,59

Clickinfo.co.id, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan, hingga 2022, Indonesia telah berhasil menurunkan angka stunting (generasi kuntet) jadi 21,6 persen, menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 72,91, meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menjadi 76,59.

Presiden Jokowi membeber data tersebut dalam penggalan kedua Pidato Kenegaraan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Sidang Paripurna Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023) lalu.

Penggalan tersebut, orang nomor satu di Indonesia itu mengungkap dua potensi peluang besar negara kita untuk meraih Indonesia Emas 2045, yakni selain raihan kepercayaan dunia internasional terhadap berbagai jejak kiprah internasional Indonesia dalam pergaulan antar bangsa, juga peluang bonus demografi negara kita, dan Presiden sekaligus mengokohkan insight soal strategi dalam memanfaatkan potensi dan peluang itu demi kemaslahatan bangsa Indonesia.

Demi, Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Demi untuk, menuju Indonesia Emas 2045.

"Saudara-saudara se-bangsa dan se-Tanah Air, para hadirin yang saya muliakan. Bonus demografi yang akan mencapai puncak di
tahun 2030-an adalah peluang besar kita untuk meraih Indonesia Emas 2045. Enam puluh delapan persen adalah penduduk usia produktif. Di sinilah kunci peningkatan produktivitas nasional kita," ujar Presiden. Bonus demografi, peluang besar pertama.

Selanjutnya, peluang besar yang kedua adalah international trust yang dimiliki Indonesia saat ini. "Kepercayaan yang dibangun bukan sekadar melalui gimmick dan retorika semata, melainkan melalui peran dan bukti nyata keberanian Indonesia dalam bersikap," lugas Presiden.

Momentum Presidensi Indonesia di G20,
Keketuaan Indonesia di ASEAN (tahun 2023), konsistensi Indonesia dalam menjunjung HAM, kemanusiaan, dan kesetaraan, serta kesuksesan Indonesia menghadapi krisis dunia 3 tahun terakhir ini, sebut dia, telah mendongkrak dan menempatkan Indonesia kembali dalam peta percaturan dunia.

"Di tengah kondisi dunia yang bergolak akibat perbedaan, Indonesia dengan Pancasila-nya, dengan harmoni keberagamannya, dengan prinsip demokrasinya, mampu menghadirkan ruang dialog, mampu menjadi titik temu, dan menjembatani perbedaan-perbedaan
yang ada," poin dia.

Jokowi mengungkapkan, lembaga think tank Australia, Lowy Institute, menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia, dengan diplomatic influence (pengaruh diplomatik, red) yang terus meningkat tajam.

"Indonesia termasuk 1 dari 6 negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power," ujar Jokowi mengutip Lowy.

"Tapi kemudian ada yang mengatakan, apa pentingnya international trust yang tinggi. Rakyat makan nasi. International trust tidak bisa dimakan. Ya memang tidak bisa. Sama seperti jalan tol, tidak bisa dimakan," sindir Jokowi menangkap kritik sebagian oposisi politik dan daya kritis sebagian rakyatnya, seraya menambahkan hal-hal itu adalah contoh bagaimana kita menghabiskan energi untuk hal tidak produktif.

"Tapi tidak apa-apa, saya malah senang. Memang harus ada yang begini, supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton," makjleb ujar Presiden bekas walikota bekas gubernur ibu kota. Itu.

"Bapak, Ibu yang saya muliakan, Dengan international trust yang tinggi, kredibilitas kita akan lebih diakui, kedaulatan kita akan lebih dihormati. Suara Indonesia akan lebih didengar sehingga memudahkan kita dalam bernegosiasi. Peluang tersebut harus mampu kita manfaatkan. Kita rugi besar jika kita melewatkan kesempatan ini, karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu kita akan kembali memilikinya," Presiden lelagi menohok, nyalakan alarm pengingat.

Strategi

Selanjutnya, kakek empat cucu itu merinci dua strategi pemanfaatan kedua peluang tersebut demi mencapainya.

"Strategi pertama kita untuk memanfaatkan kesempatan ini adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia," ujarnya.

"Kita telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen di 2022 dan menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,91 di 2022. Kita juga telah meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,59 di 2022," ujarnya lagi.

___

Informasi pengingat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk), yang dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah atau negara, dalam tiga dimensi dasar pembangunan yakni: lamanya hidup, pengetahuan/tingkat pendidikan, dan standar hidup layak.

Dimensi pertama, lamanya hidup: umur panjang dan sehat; diukur dengan digunakan angka harapan hidup waktu lahir.

Dimensi kedua, pengetahuan atau tingkat pendidikan; diukur dengan menggunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata  sekolah.

Dimensi ketiga, standar hidup layak; diukur dengan memakai indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Pengingat lainnya, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur terlaksananya keadilan dan kesetaraan gender berdasarkan partisipasi politik dan ekonomi.

Mengutip BPS, indikator dimaksud ada tiga, yakni keterlibatan perempuan di parlemen, partisipasi sebagai tenaga profesional, dan sumbangan dalam pendapatan pekerjaan.

Data 2017-2021, peningkatan IDG Indonesia terjadi pada seluruh indikator. Sebut saja, periode tersebut keterlibatan perempuan di parlemen meningkat dari 17,32 persen pada 2017 menjadi 21,89 persen pada 2021. Lalu, partisipasi perempuan sebagai tenaga profesional meningkat dari 46,31 persen menjadi 49,99 persen. Dan, sumbangan pendapatan perempuan naik dari 36,62 persen menjadi 37,22 persen. Berdasar provinsi, Kalimantan Tengah jadi provinsi dengan skor IDG tertinggi di Tanah Air pada 2021 lalu yakni 82,08, dengan skor terendah Nusa Tenggara Barat, yakni 52,54.

____

Kembali ke pidato presiden.

Selain itu, "Kita telah menyiapkan anggaran perlindungan sosial, dengan total sebesar Rp3.212 triliun dari tahun 2015 sampai tahun 2023, termasuk di dalamnya Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, serta perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya."

Lalu, "Kita juga me-reskilling dan upskilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Pra-Kerja. Di saat yang sama, SDM yang telah kita persiapkan harus mendapat lapangan kerja yang bisa menghasilkan produktivitas nasional. Kita harus mengembangkan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya," ujarnya pula.

Dari itu, Presiden melihat, di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window of opportunity kita untuk meraih kemajuan, karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan.

Eits, ada tapinya. "Tapi, kaya sumber daya alam saja tidak cukup. Jadi pemilik saja tidak cukup. Karena itu akan membuat kita menjadi bangsa pemalas, yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya tanpa ada nilai tambah, tanpa ada keberlanjutan."

"Saya ingin tegaskan, Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya, mampu memberikan nilai tambah, dan menyejahterakan rakyatnya. Ini bisa kita lakukan melalui hilirisasi," lugas Presiden, menyebut strategi kedua.

Memaksudkan pemodelan hilirisasi yang macam mana, "Hilirisasi yang ingin kita lakukan adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi, yang manfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisasi dampak lingkungan," itu dia.

Pemerintah telah mewajibkan perusahaan tambang untuk membangun pusat persemaian untuk menghutankan kembali lahan pascatambang. Hilirisasi ini tidak hanya pada komoditas mineral, tapi juga non-mineral, seperti sawit, rumput laut, kelapa, dan komoditas potensial lainnya.

"Hilirisasi ini juga harus mengoptimalkan kandungan lokal bermitra dengan UMKM, petani, dan nelayan, sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil," intensi Presiden pula.

"Upaya ini sedang kita lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah. Ini juga pahit bagi pendapatan negara jangka pendek."

"Tapi," tandas Presiden ketujuh Indonesia kelahiran 21 Juni 1961 ini, "jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan ini akan berbuah manis pada akhirnya, terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia." Luar biasa.

Pembaca, Presiden pertama Indonesia, Soekarno pernah mempopulerkan istilah dan gerakan, the new emerging forces countries.

Pembaca, sebagai rakyat Indonesia, kita juga harus melawan habis-habisan andai ada bangsa asing yang mengejek menyebut negara kita, misal, sebagai banana republic.

Republik pisang? Ya, ini istilah yang bernada merendahkan martabat negara berdaulat, ditujukan untuk negara yang ekonominya semata hanya bergantung pada pendapatan dari mengekspor satu produk atau komoditas. Akibatnya, negara-negara tersebut biasanya dikendalikan oleh perusahaan atau industri milik asing.

Republik pisang biasanya memiliki struktur sosial ekonomi yang sangat terstratifikasi, dengan kelas penguasa kecil yang mengontrol akses ke kekayaan dan sumber daya, dan secara politik tidak stabil.

Istilah yang bisa bikin 'merah telinga' ini berasal dari pengembangan perkebunan pisang oleh perusahaan Amerika Serikat dan eksploitasi tanah dan pekerja mereka di belahan Amerika Tengah dan Selatan yang dimulai pada akhir abad ke-19.

Kita adalah Republik Indonesia yang merdeka, dan berdaulat. Dan di bulan Agustus ini, bulan kemerdekaan, mari terus rajut rasa cinta tanah air kita senantiasa. Merdeka! (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment