Herwan Acong: Pilkada Kotak Kosong Menunjukkan Kegagalan Kaderisasi Parpol

Herwan Acong: Pilkada Kotak Kosong Menunjukkan Kegagalan Kaderisasi Parpol
Ket Gambar : Koordinator gerakan #pilihankukotakkosong di Lampung, Herwan Acong. Foto: Istimewa

Clickinfo.co.id - Herwan Acong sebut Pilkada kotak kosong menunjukkan kegagalan kaderisasi parpol.

Menjelang Pilkada serentak pada 27 November mendatang, tiga kabupaten di Provinsi Lampung dipastikan hanya akan memiliki satu pasangan calon yang akan melawan "kotak kosong." 

Tiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Barat, dan Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Situasi di mana calon kepala daerah tidak memiliki lawan politik ini disebut sebagai "pilkada kotak kosong," yang menurut berbagai pihak merupakan indikasi kegagalan partai politik (parpol) dalam melaksanakan kaderisasi. 

Selain itu, fenomena ini juga dianggap sebagai bukti ambisiusnya parpol dalam meraih kekuasaan tanpa memberi kesempatan kepada sosok yang berkompeten untuk maju dalam pilkada.

Koordinator gerakan #pilihankukotakkosong di Lampung, Herwan Acong, secara tegas mengajak masyarakat di Lampung Timur, Tulang Bawang Barat, dan Lampung Barat untuk memenangkan kotak kosong dalam pilkada mendatang.

“Saya menduga pilkada kotak kosong ini didesain karena ada birahi kekuasaan. Saya mengajak masyarakat untuk memenangkan kotak kosong,” ujar Acong pada Minggu, 1 September 2024.

Dalam Pilkada mendatang, pasangan calon yang akan melawan kotak kosong adalah Ella Siti Nuryamah - Azwar Hadi di Lampung Timur, Parosil Mabsus - Mad Hasnurin di Lampung Barat, dan Novriwan Jaya - Nadirsyah di Tulang Bawang Barat.

Herwan Acong mengkritik keras parpol yang gagal menjalankan fungsi kaderisasinya. 

Menurutnya, pilkada kotak kosong adalah bukti bahwa partai-partai tersebut tidak berhasil menyiapkan kader yang kompeten untuk bersaing dalam pemilu, sehingga harus mengusung calon tunggal atau bahkan tidak memiliki calon yang bisa bersaing.

“Partai politik seharusnya bertanggung jawab untuk terus mengembangkan kader-kader baru yang siap mengambil peran kepemimpinan, bukan hanya mengandalkan figur-figur tertentu atau mencari jalan pintas dalam pemilu,” tegas Acong.

Lebih lanjut, Acong juga menyoroti fenomena pilkada kotak kosong sebagai tanda bahwa beberapa parpol lebih fokus pada kepentingan finansial ketimbang ideologi atau kepentingan rakyat. 

Ia menyebut bahwa pilkada kotak kosong sering kali mencerminkan kondisi di mana pemilih tidak memiliki pilihan bermakna dalam pemilu.

“Partai politik yang lebih mementingkan uang dan kekuasaan daripada melayani kepentingan masyarakat luas patut dipertanyakan komitmennya dalam demokrasi,” lanjutnya.

Acong juga menilai, birahi kekuasaan yang berlebihan dari parpol untuk menguasai pemerintahan tanpa mempedulikan kualitas kandidat atau kepentingan rakyat merupakan ancaman bagi demokrasi yang sehat. 

Ia mengkritik keras partai-partai yang lebih mengutamakan penguasaan kekuasaan ketimbang melayani rakyat, dan sering kali mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi.

“Pilkada di tiga kabupaten ini menunjukkan bahwa demokrasi kita sedang tidak sehat,” tambahnya.

Di akhir pernyataannya, Acong mengapresiasi sikap ksatria Ketua DPD I Golkar yang juga merupakan Gubernur Lampung petahana, Arinal Djunaidi, yang berani mengambil risiko dengan maju dalam pilkada melalui PDIP, meskipun berpotensi menghadapi konsekuensi pemecatan. 

Ia juga menghargai keputusan Ketua DPC PDIP Kota Metro, Anna Morinda, yang mundur dari jabatannya.

“Kalo ketua partai atau politisi yang mumpuni enggak berani maju di pilkada, lebih baik berhenti saja jadi ketua partai,” pungkas Acong. (Ndi)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment