Haji Ratak, Dulu Perawat (Mantri) Kini Merawat Literasi Cetak Melalui Taman Bacaan Rakyat

Haji Ratak, Dulu Perawat (Mantri) Kini Merawat Literasi Cetak Melalui Taman Bacaan Rakyat
Ket Gambar : Haji Ratak Harianto, Pemilik Taman Bacaan Rakyat Mardliyah, Kranggan Permai, Bekasi (Fot. Tim Biro Jabodetabek).

Clickinfo.co.id, JAKARTA – Deretan ragam buku bacaan terpampang apik memenuhi rak dinding sebuah ruangan yang ukurannya lumayan luas sepandang mata. Yang belum sempat dipajang sisanya masih menggunung bertumpuk tinggi di sisi sudut lainnya bersama ratusan klipingan Koran yang cukup berumur dilihat dari tanggal edarnya sejak tahun 2000an awal.

Pintu masuk ruang bagian luar dipenuhi pot-pot tanaman hias, salah satunya bougenville melalui seludang bunganya yang mulai mekar pamer keindahan warna pink keunguan menyumbang keasrian halaman disekitar, Rabu (22/02/2023).

Seorang pria tua kepala tujuh bergaya semi formal agak nyentrik berbalut kemeja lengan pendek garis-garis abu dimasukan kedalam celana pendek  ala-ala almarhum Bob Sadino mempersilahkan Tim Biro menuju teras rumah tak jauh dari ruang literasinya. Disana sudah tersuguh dua gelas kopi hitam berlainan merk. Yang satu kopi Cap Liong, satunya lagi Cap Oplet. Wangi uap asapnya sangat menggoda yang kebetulan si tuan rumah langsung mempersilahkan mencicipi jamuan melalui bahasa tangannya yang ramah.

Seperti sudah jodohnya si kopi, semenjak awal tegukan, kepulan asap dari rokok kretek si mpunya rumah mulai menggerayangi teras itu yang juga dipenuhi tanaman hias seperti bunga Lily, Janda Bolong, dan Aglaonema. Akhirnya obrolan singkat yang santai pun berlangsung.

Namanya Haji Ratak Harianto, pemilik Taman Bacaan Rakyat Mardliyah yang beralamat di Jalan Cempaka VI, Kranggan Permai, Jatisampurna Bekasi. Ditengah modernisasi jaman berbasis digital online saat ini, dirinya masih setia berkutat pada literasi cetak melalui buku bacaan berbagai genre koleksinya yang berjumlah ribuan buku.

Menurutnya,walaupun sekarang jaman canggih (online), bacaan cetak selalu ada peminatnya. Karena yang baca langsung dengan bacaan digital memiliki rasa yang berbeda. “Bacaan buku fisik masi banyak juga yang belum digitalisasi bahkan memang gak ada versi online nya, terutama yang buku-buku lama” ujar  pria kelahiran Jakarta, 21 April 1950 ini.

Awal mula Babeh Ratak (sapaan akrabnya) membuka Taman Bacaannya tersebut berawal saat dirinya berlangganan media Koran yang kemudian rutin diolah menjadi artikel atau klipingan ditambah koleksi buku-buku lamanya yang kian lama semakin banyak, agar koleksinya tersebut tetap lestari, maka sejak tahun 2006, pensiunan pegawai Dinas Kesehatan Bekasi (Perawat) tersebut akhirnya membuka Taman Bacaan untuk khalayak umum.

“Mulanya sebelum tercetus taman bacaan ini, dulu saya langganan Koran Kompas, Republika dan Poskota.  Berita-berita yang penting saya pilihin lalu diguntingin jadi kliping. Plus koleksian buku-buku bacaan koleksi lama seperti cerita pewayangan (mahabrata. Ramayana), cerita Kho Ping Hoo, komik-komik Jepang dan lain-lain. Total seluruh koleksi saya ada 4000an lebih lah, yang akhirnya saya dedikasikan kepada umum khususnya kaum muda untuk menggalakan minat membaca dengan membuka Taman Bacaan Rakyat sampai sekarang,” ungkapnya sesekali sambil menyeruput Kopi Liong yang mulai dingin.

Dari hasil pengamatannya melalui pengunjung yang datang (kebanyakan anak-anak muda sampai remaja  tanggung) buku-buku yang paling digandrungi seperti cerita komik Jepang ataupun buku cerita lain yang memang menarik minat sesuai usianya.

Selepasnya pensiun dari dunia kesehatan, melalui koleksi buku-bukunya tersebut, kedepannya Haji Ratak akan terus mendedikasikan hidupnya untuk ikut mencerdaskan anak bangsa apapun kendalanya kemudian.

“Walopun udah pensiun dari perawat (mantri), sekarang masi kadang ada yang minta bantuan kesehatan juga ya tetep saya jalanin. Tapi Taman Bacaan Rakyat inilah yang menjadi fokus utamanya. Insya Allah apapun kondisinya, babak belur pun tetep saya jalanin ni Taman Bacaan” ucapnya serius.  

Obrolan santai yang sekira dirasa cukup, tak mau berlama-lama pula mencuri waktu babeh Ratak yang memang sedang sibuk merapihkan Taman Bacaannya,  akhirnya Tim Biro berpamitan menutup moment itu dengan meneguk cairan kopi terakhir yang sudah didasar gelas berikut ampasnya yang ikut tipis terseruput.

(Tim Biro Jabodetabek)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment