Eksportir Terbesar Berlakukan Larangan Ekspor, Harga Beras Dunia Menukik 9,8%
-
Muzzamil
- 10 September 2023

Khusus beras, kenaikan indeks harga beras Agustus lalu hingga mencapai 9,8 persen dibanding periode Juli, diklaim merupakan kenaikan tertinggi kurun 15 tahun terakhir.
Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Terjawab, kenapa harga keekonomian bahan pangan pokok yakni beras di pasar dunia melonjak naik sedemikian menukik terutama dirasakan berbagai negara pada Agustus lalu. Dan masih terasa memasuki September ini.
Seperti diketahui, komunitas dunia saat ini tengah menghadapi anomali cuaca ekstrem dampak perubahan iklim dan siklus El Nino yang berimbas pada terancamnya status ketahanan pangan, mencuatnya cemas massal penipisan stok cadangan beras nasional dan komoditas pangan lainnya di berbagai negara, hingga terguncangnya stabilitas stok, harga dan biaya logistik pangan nasional kebanyakan negara.
Khusus beras, kenaikan indeks harga beras Agustus lalu hingga mencapai 9,8 persen dibanding periode Juli, diklaim merupakan kenaikan tertinggi kurun 15 tahun terakhir.
"Lonjakan harga beras disebabkan larangan ekspor beras yang dilakukan India (kini telah mengganti nama resmi negaranya menjadi Bharat), eksportir beras terbesar di dunia," laporan Indeks Harga Pangan (Food Price Index) Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization of the United of Nations/FAO) dirilis 8 September 2023, dari kantor pusatnya di Roma, Italia.
FAO Food Price Index Agustus ini menyebut, ketidakpastian durasi larangan tersebut dan kekhawatiran terhadap pembatasan ekspor menyebabkan pelaku rantai pasok menahan stok, menegosiasikan ulang kontrak atau stop memberikan penawaran harga, sehingga membatasi sebagian besar perdagangan pada volume kecil dan penjualan yang telah diselesaikan sebelumnya.
Disitat di Bandarlampung, laporan FAO itu merinci, kenaikan juga terjadi pada indeks harga gula, yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas imbas El Nino terhadap tanaman tebu, dengan curah hujan pada Agustus di bawah rata-rata, dan kondisi cuaca kering terus-menerus di Thailand.
FAO melaporkan, panen raya tebu dalam jumlah besar di Brasil saat ini membatasi tekanan kenaikan pada kuotasi gula internasional, begitu pun dengan rendahnya harga etanol dan melemahnya Real Brasil.
FAO mencatat indeks harga gula periode Agustus naik sebesar 1,3 persen dari Juli. Kenaikan harga Agustus 2023 rerata 34,1 persen, lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Harga komoditas pangan internasional lainnya? Per indeks, "Menurun," tulis FAO.
Indeks harga minyak nabati turun 3,1 persen pada Agustus, usai sebelumnya naik tajam 12,1 persen pada Juli.
Harga minyak bunga matahari dunia turun hampir 8 persen pada Agustus, di tengah pelemahan permintaan impor global dan melimpahnya penawaran dari eksportir besar.
Harga minyak kedelai dunia turun seiring membaiknya kondisi tanamannya di AS.
Harga minyak sawit dunia turun di tengah peningkatan produksi musiman di negara-negara produsen utama di Asia Tenggara.
Harga sereal turun 0,7 persen dibandingkan Juli. Harga gandum internasional turun 3,8 persen pada Agustus di tengah peningkatan ketersediaan musiman beberapa eksportir terkemuka.
Harga gandum kasar internasional turun hingga 3,4 persen di tengah melimpahnya pasokan jagung global akibat rekor panen di Brasil. Dan panen di AS, sebentar lagi.
Indeks harga susu turun 4 persen dari Juli, didorong harga internasional susu bubuk utuh yang berlimpah pasokan dari Oseania.
Untuk mentega dan keju, penurunan harga sebagian disebabkan oleh lesunya aktivitas pasar terkait liburan musim panas di Eropa.
Untuk harga daging turun 3 persen dari Juli. Satu-satunya yang penurunan harganya terbesar yakni unggas, sebab peningkatan ketersediaan ekspor terutama dari Australia dan melemahnya permintaan dari Tiongkok.
Harga daging babi dan daging sapi juga turun ulah pasokan melimpah. (Muzzamil)
Comments (0)
There are no comments yet