Peserta Workshop Insan Pers Tentang Peran Pers, Pencegahan Radikalisme dan Terorisme
-
Novis
- 21 December 2023

Clickinfo.co.id,BANDARLAMPUNG -- Dewan Pers dan BNPT menyelenggarakan workshop bersama insan pers dengan tema peran pers dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme untuk mewujudkan Indonesia Harmoni, Kamis (21/12/2023) di Hotel Novotel.
Peserta workshop ada 60 peserta perwakilan dari media.
Workshop ini dengan tiga narasumber Bapak Yosep Stanley Adi Prasetyo, Imam Wahyudi, Faisal Aulia dari BNPT.
Materi yang disampaikan peran pers dalam menangkal radikalisme dan terorisme. Peran media cetak, penyiaran dan Cyber dalam menangkal radikalisme dan terorisme. Peran negara dalam menangkal radikalisme dan terorisme.
Relasi antara media massa dan terorisme bisa merupakan simbiosis mutualisme dimana kedua belah memerlukan satu sama lain dalam sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Indonesia 9 April 2015 memiliki 13 butir panduan meliput terorisme.
Memuat atau menyiarkan gambar aksi teror yang dramatis smaa dengan menyebarkan pesan teror sang teroris.
Masalah yang dihadapi oleh media ers adalah abal-abalisme, partisan shipper sedangkan Media sosial adalah hoaks, kebencian, sara dan akun palsu.
Beda produk Pers dan produk Medsos :
Output Produk Pers adalah berita sedangkan medsos info.
Cara produksi, produk pers adalah kompetensi wartawan sedangkan medsos komunikasi siapa saja.
Kerja produk pers adalah team redaksi dan mandarisasi, sedangkan medsos individual.
Tanggung jawab produk pers ada pertanggungjawaban air terjun sedangkan medsos tidak ada.
Batasan produk pers ada kode etik jurnalistik, sedangkan medsos tidak ada. Pengelola produk pers berbadan hukum, sedangkan medsos bebas memanfaatkan kemudahan teknologi. Identitas produk pers ada penanggung jawab dan alamat sedangkan medsos bisa dipalsukan.
Cara penyampain pesan produk Pers melalui media cetak, elektronik, online, TV dan radio sedangkan medsos WA, instagram, totok, twitter, fb. Enkedlin.
Sumber yang digunakan pers sumber resmi sedangkan medsos bisa resmi, bisa tidak jelas, bisa hasil rekayasa, "pungkas Stanley.
Ahmad Wahyudi, mengatakan bahwasannya, "Jurnalisme adalah sistem yang dihasilkan masyarakat untuk memasok berita.
Apa yang harus dilakukan oleh jurnalisme pada dasarnya sama dengan panca indra. Jurnalisme harus bisa berperan seperti panca indra. Inti jurnalisme akurasi dan kepentingan publik.
Kecenderungan jurnalisme dari dulu sampai sekarang lebih banyak menginformasikan ancaman sehingga kesannya suram, tidak ada harapan.
Penanganan terorisme dengan elemen jurnalisme positif : Jurnalisme berposisi aktif bukan pasif. Mencari aspek dari interaksi positif.
Fokus pada solusi, mencari dan memenuhi kebutuhan publik dan memberikan tempat bersuara kepada mereka yang tidak mampu bersuara, "terang Imam.
Motif terorisme berdasarkan riset 2018 ideologi agama (yang keliru), solidaritas komunal (yang negatif), mob mentality, balas dendam, situasional dan separatisme, "ujar Faisal.
Comments (0)
There are no comments yet