Rakyat Indonesia Kenyang Pengalaman Mudik Dari Baheula, Mudik 2025 Tetap Produktif 

Rakyat Indonesia Kenyang Pengalaman Mudik Dari Baheula, Mudik 2025 Tetap Produktif 
Ket Gambar : Ketua DPP APINDO Lampung Ary Meizari Alfian: "Mari kita buktikan, mudik 2025 tetap mudik produktif." | Muzzamil

Clickinfo.co.id – Ary Meizari Alfian, pengusaha yang juga Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung, menyebut, penurunan pemudik Lebaran 2025 yang diprediksi turun hingga 24 persen dibanding 2024 belum tentu berbanding lurus dengan besaran penurunan jumlah perputaran uang selama libur Lebaran 2025 yang diprediksi hanya Rp137,9 triliun.

Ary menyebut tiga sektor, yakni transportasi tiga moda darat laut udara, perdagangan, dan kepariwisataan boleh jadi tergerus arus pelemahan daya beli rakyat akibat situasi volatilitas ekonomi nasional dan situasi dunia.

"Yang bergerak naik turun condong melambat," ujar keterangan tertulisnya di Bandarlampung, Sabtu (29/3/2025).

Tetapi, Ary merasionalisasi, jika seluruh pengampu kebijakan dan pemangku kepentingan ekonomi kita hanya melulu melihat fakta penurunan jumlah pemudik Lebaran ini sebagai satu-satunya indikator utama pelemahan daya beli rakyat, menurut dia paling tidak dibutuhkan data resmi pembanding, survei oleh pihak berkompeten. Untuk menjawab prediksi lain, adanya perputaran roda ekonomi tak tercatat.

"Misal seperti dari temuan survei kecil-kecilan tim kami. Seorang perantau, usai menimbang masak, memutuskan tidak mudik. Mudiknya daring saja cukup video call (panggilan video) tapi dia transfer uang 'jojong' dengan besaran penghematan hanya untuk belanja konsumsi rutin sebagaimana pengeluaran tahun-tahun sebelumnya. Tapi dengan satu, beberapa item cancel atau menunda rencana pengeluaran tertentu, sekunder misal rehab rumah, rekreasi luar daerah, dan lain-lain," ujarnya.

Menggenapi argumentasi, dia menyitat data survei GoodStats tentang rencana budgeting alokasi dana pengeluaran Lebaran 2025 oleh muslim Indonesia, periode survei 17-28 Februari 2025 lalu. Disebutkan, rerata 16,4 persen budget dialokasikan untuk mudik. 

"Dari total dana alokasi, 40,2 persen dipakai untuk biaya transportasi, 36,8 persen untuk bagi-bagi amplop THR (tunjangan hari raya), 18,1 persen untuk beli oleh-oleh, 4,9 persen sisanya untuk biaya lain-lain," kutip Ary.

Dia menggarisbawahi, meskipun jika merujuk data survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama akademisi, menyebut pemudik Lebaran 2025 diprediksi 146,48 juta orang, turun dari 193,6 juta orang tahun lalu.

"Alias berkurang nyaris 47,12 juta orang. Tetapi jika dicermati pergerakannya masih signifikan. Meski terbesar tetap di Jawa, 104 juta orang, tetapi itu (prediksi pemudik 2025 yakni 146,48 juta) setara 52 persen populasi nasional," tandas mantan Ketua Kadin Bandarlampung 2011-2015 dan Kadin Lampung 2016-2017 itu.

Artinya, lanjut Ary, fokus yang harus ditelusuri akar problem pokoknya adalah soal sebaran. 

"Redistribusi ekonomi pascamudik Lebaran. Sejauh mana pemerintah, pemerintah daerah terutama, serta pelaku ekonomi lihai dalam membaca dan memformulasi aksi inovatif yang make sense bagi berputarnya roda ekonomi pascamudik agar tetap produktif," injeksi Ary, teman kuliah Menteri BUMN Erick Thohir sesama alumnus National University San Diego California, AS 1993 ini.

Ary mengajak publik flasback, berkaca dari pengalaman perih musim mudik era pandemi. Dia bahkan membeber ulang data pemudik 2013-2021 versi Balitbang Kemenhub.

"Tahun pertama kedua pandemi 2020-2021, pemudik cuma 5 juta sekian. Kalau dicermati penurunan drastis pemudik pernah terjadi tahun 2016. Namun dengan belajar dari apa yang rakyat pemudik dapatkan dari era mudik masa pandemi, rontoknya daya beli rakyat akibat tekanan ekonomi saat ini menurut saya tidak serta merta sebangun, berbanding lurus dengan nilai produktivitas ekonomi rakyat pemudik, karena ada yang namanya skala prioritas. Tercukupinya kebutuhan pangan, tabungan pendidikan, asuransi kesehatan dan modal kerja produksi misalnya," bedah Ary.

Diketahui, Balitbang Kemenhub mencatat, pemudik 2013 sebanyak 22,1 juta orang, 2014 sebanyak 23 juta, 2015 sebanyak 23,4 juta, 2016 sebanyak 18,6 juta, 2017 sebanyak 18,6 juta, 2018 sebanyak 18.798.315, 2019 sebanyak 18.343.021, 2020 sebanyak 5,8 juta, 2021 sebanyak 9.841.488, 2022 sebanyak 8,5 juta.

Lantas penaikan signifikan, pemudik 2023 mencapai 123,8 juta orang, tertinggi 2024 lalu, mencapai 180 juta orang (prediksi: 193 juta).

Mengunci keterangannya, pengusaha yang juga Ketua Yayasan Alfian Husin Lampung, pengampu belasan unit bisnis inti sektor pendidikan prasekolah hingga universitas, kesehatan, advokasi hukum, startup, dan pengembang properti per 2005 ini meyakini, tagline "mudik produktif" baik mudik fisik maupun mudik online/daring, akan tetap jadi napas segar bagi perputaran roda ekonomi rakyat pemudik di kampung halaman.

"Kepada seluruh umat muslim Indonesia, saya ucapkan selamat mudik. Karena kita kenyang pengalaman mudik dari zaman baheula, mari jadikan, mari kita buktikan bahwa mudik 2025 adalah mudik terbaik, minimalkan accident, mari kita buktikan mudik 2025 adalah mudik produktif. Minal Aidin wal Faidzin, mohon maaf lahir batin," khatur Ary. (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment