Pro Kontra 'Wadidaw' Festival Krakatau (6)

Pro Kontra 'Wadidaw' Festival Krakatau (6)
Ket Gambar : Poster digital film Krakatoa, film dokumenter berbahasa Inggris dengan sensasi gambar bergerak, yang dirilis 23 April 1933 di Amerika Serikat. | dok Yudho Sasongko/Muzzamil

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Festival Krakatau (FK) Lampung XXXIII Tahun 2023, atau K-Fest 2023, resmi dihelat 7-8 Juli 2023.

Sebagai bagian dari sejarah peradaban manusia, tak sedikit pihak yang mencoba mengabadikan latar peristiwa mengerikan letusan dahsyat Gunung Krakatau 26-27 Agustus 1883, dalam bentuk karya seni.

Sebagai penyelia, sebelum kita bedah soal segala sesuatu apa itu, Festival Krakatau, yuk simak informasi ringan berikut, tentang beberapa karya film seputar Krakatau yang pernah dibuat, sebagian disitat dari artikel kreator konten Yudho Sasongko, kontributor Brilionet, edisi 16 April 2020, dirangkum.

Pertama, Krakatoa, sebuah film dokumenter berbahasa Inggris yang dirilis 23 April 1933 di Amerika Serikat (AS). Dengan narator film Joseph Cotten, Graham McNamee, serta presenter E.W. Hammons, film ini disebut-sebut cocok bagi yang ingin merasakan sensasi teknologi sinematika saat itu.

Film yang sempat memenangkan salah satu nominasi Oscar ini diproduksi oleh Joe Rock Productions, Educational Films Corporation of America. Para pemirsanya diajak menelusuri keganasan Gunung Krakatau versi gambar bergerak (motion pictures).

Internet Movie Database (IMDb), sebuah basis data daring informasi terkait dengan film, acara televisi, video rumahan, permainan video, dan acara internet, termasuk daftar pemeran, biografi kru produksi dan personil, ringkasan alur cerita, trivia, dan ulasan serta penilaian oleh penggemar, korporat dirian sekaligus pimpinan (founder/CEO) Col Needham sejak 17 Oktober 1990 silam,
memberi rating 6.5 untuk film ini.

Kedua, Krakatoa: East of Java. Film drama petualangan durasi 2 jam 11 menit ini dirilis 14 Mei 1969 di AS. Dibintangi Maximilian Schell, Diane Baker, dan Brian Keith, dengan sutradara Bernard L. Kowalski dan ceritanya ditulis Cliff Gould.

Krakatoa East of Java mengisahkan tentang petualangan berlatar suasana tahun 1883 di mana kapten kapal Hanson merencanakan misi penyelamatan kapal yang karam di Hindia Belanda (Indonesia). Misi bertujuan mengambil dan menyelamatkan muatan mutiara. Apes, letusan gunung menggelegar, misi pun ambyar. Rating IMDb film ini 5.5.

Ketiga, film nasional berbahasa Indonesia, Krakatau, produksi tahun 1977. Disutradarai Misbach Yusa Biran, film 122 menit ini diaktori (kini mendiang) Dicky Zulkarnaen berperan sebagai Somad, kawakan lainnya yang punya ikatan sejarah dengan Lampung dan ulah status veteran pejuang kemerdekaan pangkat terakhir Letda TNI AU hingga saat wafat 13 Desember 1997 kemudian dimakamkan di TMP Tanjungkarang Bandarlampung, WD Mochtar yang berperan sebagai Bodin, lalu Rd. Mochtar berperan sebagai Biang Terona, juga Awang Darmawan dan Muni Cader.

Dikisahkan, guru silat Perguruan Krakatau, mengutus Somad dan Biang Terona, untuk mencari Bodin murid pembangkang. Ketemu, Bodin kalah di tangan Biang Terona. Somad pun mengakui, Bodin tak lain ayahnya. Film usai dengan latar kengerian letusan Krakatau. Rating IMDb film ini 4.7.

Keempat, Krakatau: Ein Vulkan verändert die Welt. Film drama dokumenter (dokudrama) durasi 45 menit ini produksi ZDF tahun 2006. Penulis naskah sekaligus sutradaranya, Jeremy Hall.

Kelima, film Krakatoa: The Last Days, film besutan sutradara Inggris, Sam Miller, yang juga bergenre dokudrama sejarah produksi BBC tahun 2006, dengan pemeran utama Rupert Penry-Jones dan Olivia Williams. Durasinya sekitar 1 jam 27 menit.

Mendapat rating 7.4 dari IMDb, film ini coba mengangkat kisah berlatar letusan hebat 1883, mengabadikan suasana kacau akibat letusan besar saat erupsi disusul tsunami, bawa hujan batu apung dan abu, gelora aliran uap panas, dan asam sulfat mematikan. Kisah film didasarkan pada catatan saksi mata saat letusan 1883.

Kevin McMonagle, sukses memerankan tokoh utama film ini Rogier Diederik Marius Verbeek, geolog Belanda yang telah mengkaji kawasan Krakatau sejak 1881, alias pascaletusan 1880, dua abad usai Krakatau meletus sebelumnya pada tahun 1680.

Informasi lain, salah satu foto Gunung Anak Krakatau dua tahun sejak awal terbentuknya, diambil gambarnya sekitar 12 atau 13 Mei 1929, hingga saat ini terpajang jadi koleksi Tropenmuseum, di kawasan Linnaeusstraat 2, 1092 CK, Amsterdam, Belanda.

Jutaan memorabilia terserak di berbagai belahan dunia, soal Krakatau seolah tiada pernah ada habisnya.

Sebab itu, selain internalisasi pengetahuan sejarah, wawasan budaya sadar bencana, sahabat bencana, kampung tangguh bencana, dan pelbagai deteksi dini lainnya dalam bingkai sistem penanggulangan tanggap darurat kebencanaan nasional kini kedepan, internasionalisasi gelaran Festival Krakatau yang sudah menginjak kepala tiga (tahun ini tahun ke-33) bak menadi menjadi sesuatu yang sulit ditawar. Bersambung. (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment