
Clickinfo.co.id - Pasokan stabil, inflasi Provinsi Lampung naik tipis di Mei 2024.
Inflasi di Provinsi Lampung pada Mei 2024 tercatat naik tipis sebesar 0,08% month-to-month (mtm).
Angka ini lebih tinggi dibandingkan April 2024 yang mengalami deflasi sebesar 0,01% (mtm), namun masih dalam batas yang dapat dikendalikan berkat pasokan yang stabil.
Menurut laporan Indeks Harga Konsumen (IHK), meskipun inflasi bulan Mei ini lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Mei dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 0,22% (mtm), angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional yang mencatat deflasi sebesar 0,03% (mtm).
Kenaikan Harga Beberapa Komoditas
Sejumlah komoditas di Lampung mengalami kenaikan harga yang berkontribusi pada inflasi bulan Mei ini.
Bawang merah mencatatkan andil inflasi sebesar 0,21% akibat keterbatasan pasokan yang disebabkan banjir di daerah sentra produksi di Jawa Tengah.
Selain itu, harga emas perhiasan naik sebesar 0,06% seiring dengan kenaikan harga emas dunia akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Kopi bubuk juga mengalami kenaikan harga sebesar 0,04% karena terbatasnya bahan baku menjelang panen raya kopi robusta di Lampung pada Juni 2024.
Sementara itu, harga cabai merah dan sigaret kretek mesin (SKM) masing-masing naik sebesar 0,03% disebabkan oleh pasokan yang terbatas dan penerapan tarif cukai tembakau yang baru.
Faktor Penahan Inflasi
Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi berhasil ditahan oleh penurunan harga beberapa komoditas.
Harga beras turun sebesar 0,44% berkat pasokan yang terjaga pasca panen raya serta relaksasi harga eceran tertinggi (HET) hingga 31 Mei 2024.
Daging ayam ras juga mengalami penurunan harga sebesar 0,32% akibat relaksasi harga acuan pembelian jagung pipilan kering serta telur dan ayam ras.
Penurunan tarif angkutan antar kota sebesar 0,06% sejalan dengan normalisasi permintaan setelah periode Idulfitri, serta penurunan harga cabai rawit dan bawang putih masing-masing sebesar 0,02% berkat pasokan dan permintaan yang stabil.
Proyeksi dan Strategi Pengendalian Inflasi
Ke depan, Bank Indonesia Provinsi Lampung memperkirakan inflasi IHK akan tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi 2,5±1% (year-on-year) hingga akhir tahun 2024.
Namun, upaya mitigasi risiko inflasi perlu terus dilakukan.
Risiko inflasi dari kategori Inflasi Inti meliputi potensi kenaikan permintaan agregat akibat kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2024, kenaikan harga emas dunia, dan pelemahan nilai tukar yang dapat mempengaruhi harga komoditas impor.
Dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), risiko termasuk peningkatan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah akibat banjir di sentra produksi dan kenaikan harga bawang putih impor.
Selain itu, kenaikan harga referensi minyak kelapa sawit dan harga daging serta telur ayam ras akibat tingginya harga pakan juga menjadi perhatian.
Adapun dari kategori Inflasi Administered Price (AP), risiko termasuk kenaikan harga minyak dunia akibat ketidakpastian kondisi perang di Timur Tengah dan kenaikan harga rokok sejalan dengan kenaikan tarif cukai tembakau tahun 2024.
Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Langkah-langkah konkret termasuk operasi pasar, monitoring harga dan pasokan, memperkuat kerjasama antar daerah, memastikan kelancaran distribusi, dan memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat untuk menghindari panic buying.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan inflasi di Provinsi Lampung tetap terkendali dan stabil hingga akhir tahun 2024. (Nadillah)
Comments (0)
There are no comments yet