"Dedengkot" Pariwisata Anshori Djausal: Ingat Sapta Pesona, Konsisten Masterplan

"Dedengkot" Pariwisata Anshori Djausal: Ingat Sapta Pesona, Konsisten Masterplan
Ket Gambar : Anshori Djausal pada diskusi Masterplan Pengembangan Pariwisata di Provinsi Lampung taja anggota DPD/MPR dapil Lampung Abdul Hakim, sekaligus HBH Idulfitri, di Kantor Perwakilan DPD RI Lampung, Bandarlampung, Jumat (28/4/2023). | Muzzamil

 

"Sekarang tinggal bagaimana strateginya yang perlu dikembangkan," lugas pensiunan dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila), jebolan S2 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1991 ini.

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Sang multitalenta: tokoh masyarakat/masyarakat adat dan hukum adat Lampung, akademisi, arsitek, budayawan, CEO BUMD, kolektor gambar Tapis Lampung kuno dan topeng, kolumnis, penulis buku arsitektur Lampung, konsultan, pakar ferosemen dan pendiri asosiasi ahli ferosemen dunia, pakar fotografi udara, pakar layang-layang dan fotografi udara berbasis layang-layang (kite aerial) internasional, pegiat lingkungan, pehobi mancing dan gemstone, pelestari flora botanikal dan fauna kupu-kupu, pengembang jaringan internet kampus Sumatera dan Kalimantan, sastrawan, dan "dedengkot" pariwisata Lampung, Anshori Djausal, menginjeksi pentingnya kesatuan komitmen dan kesatuan tindakan multipihak dalam memedomani dan juga menjalankan rencana induk (masterplan) pembangunan sektor kepariwisataan daerah di Lampung.

Dengan gaya bertuturnya yang khas runut dan runtut sarat ilustrasi hasil praktik nyata di lapangan, Anshori Djausal mengingatkan bahwa sebuah masterplan kepariwisataan yang tersusun, ditetapkan dan selanjutnya diterapkan semestinya dijalankan secara konsisten, sebab masterplan tersebut telah merupakan masterplan yang disusun bukan asal susun, dan secara forecasting, disusun dan ditetapkan berdasarkan perkembangan dunia kepariwisataan daerah setempat.

Dari masa ke masa, dari masa dimana tren wisata minat khusus dan wisata banyak minat balap-balapan bertengger di posisi primadona PAD, sampai era tren wisata MICE, hingga era 'healing tipis-tipis' khas tren native inhabitant tourism dewasa ini.

Karena itu misal, berdasarkan pengalaman pribadinya turut berkecimpung meneliti, menelaah, dan merumuskan masterplan kepariwisataan daerah di Provinsi Lampung maupun kabupaten/kota se-Lampung kurun berpuluh tahun lamanya, Anshori Djausal mengungkapkan tren menarik kunjungan wisata yang menggejala di Lampung.

Salah satunya adalah kecenderungan alias preferensi pergerakan para pelancong atau wisatawan terutama wisatawan nusantara (wisnus) di Lampung secara geografis ke arah belahan bagian barat wilayah provinsi ini. Daripada ke arah sebaliknya, ke timur.

Dan ini menjadi semacam gejala sepulau. Se-Sumatera. "Orang-orang lebih senang berwisata ke Sibolga daripada Medan, ke Padang daripada ke Riau, kalau di Lampung lebih senang ke Pesisir Barat daripada ke Lampung Timur," ungkap Bang An, sapaan khas kelahiran Kotabumi, Lampung Utara, 13 Maret 1952, ayah empat putra putri ini.

Berikutnya, ungkap dia, kecenderungan perilaku berwisata para wisatawan yang semakin ke sini semakin kuat menggejala, lebih condong kembali ke wisata origin.

Kecondongan pewisata untuk berwisata ke destinasi wisata arif lokal, unik, otentik, dan kaya akan eksplorasi budaya setempat.

"Sekarang tinggal bagaimana strateginya yang perlu dikembangkan," lugas pensiunan dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila), jebolan S2 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1991 ini.

Sudah lupa, dulu sering dengar, atau masih ingat dengan istilah Sapta Pesona?

Pengingat, Sapta Pesona ini tujuh unsur yang terkandung dalam setiap produk wisata, dipergunakan sebagai tolok ukur peningkatan kualitas produk pariwisata, terdiri dari unsur Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan.

Atau sederhananya, Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan, tujuh unsur normatif syarat material kondisi yang harus diwujudkan atau harus dipenuhi demi menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah suatu negara.

"Prinsip Sapta Pesona adalah prinsip yang tidak bisa ditolak. Misalnya destinasi wisata harus aman, dan nyaman. Dari itu kuncinya adalah orang, people. Biarkan masyarakat yang mengembangkan (destinasi wisata), atau seiring proses waktu berkembang yang namanya people community based," lugas arsitek Menara Siger di Bakauheni, Lampung Selatan ini, titik nol Sumatera, yang dibangun megah atas perbukitan pada tahun 2005 itu.

Meski intonasinya terdengar datar nun nada bicaranya separo "menggugat", Anshori yang acap diminta mengajar kursus singkat ferosemen di Universitas AIT Bangkok, dan dekade 1990-an silam jadi 'pahlawan' bagi nelayan Pangandaran dalam pembuatan kapal hemat biaya dan tahan pelapukan, juga warga Buniwangi Pelabuhan Ratu dalam pembangunan jembatan pejalan kaki, bak penampungan air, tangki dan fasilitas MCK, berkat terapan teknik ferosemen itu, lantas mengalamatkan ilustrasi pemisalan.

"(destinasi wisata bahari Pantai) Mutun, (Pantai Sari) Ringgung, siapa yang duluan (mengembangkannya), dinas atau masyarakat?" tanyanya.

"Kita saat ini patut bersyukur, infrastruktur makin baik. Tinggal siapkan orang, sumber daya destinasi. Saya berikan contoh begini. Saya mau ada tamu, tamu saya umurnya di atas 60 tahun, usia yang ngeri-ngeri sedap, misalnya faktor kesehatan. Terhadap tamu saya ini, butuh sebuah treat yang sangat khusus, tetapi saya buat aturan sendiri, tempat sendiri, yang bagus," ujar arsitek masjid berkubah, berornamen interior unik: Masjid Albror di Lampung, Masjid Bagus Kuningan di Palembang, dan Masjid Al Falah di Jakarta ini, mengilustrasikan.

Dari itu dia menekankan, para pemangku kepentingan sektor pariwisata di Lampung mesti tetap terus konsisten dengan konsep pengembangan destinasi wisata berbasis orang/komunitas setempat ini.

"Jangan iya bilangnya people based, tapi masih mencari investor. Benefitnya untuk masyarakat, untuk komunitas setempat, terabaikan," intensinya, pengingat.

Kendati demikian, Anshori pun menilai di era pemerintahan (Kabinet Indonesia Maju) saat ini, di sejumlah kementerian negara telah ada pemajuan konsentrasi kerja yang lebih fokus mengembangkan destinasi.

"Beberapa menteri terakhir sudah konsisten dengan ini, mengembangkan desa wisata dimana-mana. Sekarang generasi bangsa tinggal konsistensinya saja. Asosiasi seperti APINDO, ASITA, yang lain, bisa menjadi aktor pengembangannya," tandas dia.

Menyebut Pesisir Barat dan Lampung Barat, dua yang lesat kemajuan pembangunan kepariwisataannya di Lampung, Anshori menyebut pula dan menuding salah satu penyebabnya adalah masalah birokrasi, terjadinya penurunan kunjungan wisatawan di destinasi Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, padahal era 90-an pertumbuhannya amat lah luar biasa.

Terhangat, dia juga menyinggung sekilas, destinasi masa depan, cikal bakal kota pelabuhan "mimpi lama"-nya, kawasan pariwisata terpadu terintegrasi, Bakauheni Harbour City (BHC), Lampung Selatan.

Anshori yang masih konsisten memelototi sejatinya proses pembangunan sebagai sumbu trio dimensi: ekonomi dan politik yang lebih mencolok derajat kesukaan publik, tinimbang sumbu budaya yang tak banyak orang mampu jernih melihatnya dalam perspektif pembangunan, menaut nilai unggul keberadaan destinasi BHC tersebut dengan bonus nilai tambah daya dukung infrastruktur konektivitas transportasi darat Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) saat ini.

"Adanya tol, menarik (bagi warga daerah lain) yang gak punya laut, maunya (berwisata) ke Lampung," demikian taut Anshori Djausal, di ujung pemaparannya.

Tepatnya, saat dia berbicara pada diskusi tema "Masterplan Pengembangan Pariwisata di Provinsi Lampung" taja inisiatif anggota Dewan Perwakilan Daerah/Majelis Permusyawaratan Rakyat (DPD/MPR) RI daerah pemilihan (dapil) Provinsi Lampung, nomor anggota B-30, Abdul Hakim, dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat, yang sekaligus dirangkai dengan halal bihalal Idulfitri 1444 Hijriah, di Kantor Perwakilan DPD RI Provinsi Lampung, Jl Pattimura Nomor 19, Kelurahan Kupangkota, Telukbetung Utara, Bandarlampung, Jumat (28/4/2023) siang bada salat Jumat hingga usai pukul 4 sore.

Bersama Anshori, hadir dalam diskusi yang dimoderatori praktisi pariwisata, Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Lampung cum Wakil Ketua IV DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung, Adi Susanto tersebut, narasumber lainnya.

Yaitu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Lampung Bobby Irawan, Kepala Bidang Perencanaan Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung Ridwan Saifuddin mewakili Kepala Bappeda Provinsi Lampung Mulyadi Irsan, Ketua Komisi V DPRD Provinsi Lampung Dr Cand Yanuar Irawan, Ketua DPP APINDO Lampung Ary Meizari Alfian didampingi Ardiansyah atau Bang Aca, ketua dewan pertimbangan.

Turut hadir, pelaksana subbidang ekonomi, keuangan, pembangunan, Naomi Setyawati dan pelaksana subbid infrastruktur Dharma Saputra, dari Bappeda Provinsi Lampung. Lalu, Lakoni dan Kepala UPTD Menara Siger Saluddin dari Disparekraf Provinsi Lampung.

Hadir, pun antusias menyimak sepanjang jalannya diskusi, di antaranya yang juga anggota Dewan Pertimbangan DPP APINDO Lampung yakni Direktur Politeknik Negeri Lampung (Polinela) Dr Sarono, didampingi Anwar Rahman, yang juga anggota Bidang Parekraf DPP APINDO Lampung Damara Saputra Siregar, Meyliana, Yudha Sakti, dan Yusep, tim lima task force kepariwisataan kampus tepi jalan Soekarno-Hatta By Pass itu.

Juga hadir, Rektor Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (USBRJ) Bandarlampung Dr Febriansyah, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) Lampung Al Khan, dosen Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya Ketut Artaye, dan Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ekonomi Bisnis IIB Darmajaya, Kurnia Fadila.

Selain itu, pengurus DPP APINDO Lampung yakni wakil sekretaris III cum Sekretaris DPD ASTINDO Lampung M Ajie Munawwar, wakil bendahara IV cum bos RM Minang Indah Grup dan RM Embun Pagi Raya Junaedi, wakabid infrastruktur dan konstruksi Dwi Agus Riyanto, sekretaris bidang organisasi, keanggotaan, dan pemberdayaan daerah Gede Budi Artana, serta kasubbid diklat bidang UMKM-IKM Edi Darmawansah.

Dari luar kota, hadir Ketua DPK APINDO Way Kanan Irwan Bagoes, dan utusan manajemen PT Great Giant Pineapple Company (GGPC) Lampung Tengah, Desi Indriani.

Sahibul hajat, Abdul Hakim, mengemukakan hasil diskusi tersebut bakal dia dan sejawat anggota DPD/MPR RI dapil Lampung lainnya tindaklanjuti dengan sejumlah tempuhan strategis, yang muaranya ialah peningkatan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata di Lampung dan berimbas nyata peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi rakyat serta peningkatan pendapatan asli daerah.

"Kami akan galang, baik aleg DPD mau pun DPR dapil Lampung menindaklanjuti ini.  Seperti dulu saat saya DPR (2009-2010), saya termasuk yang aktif galang Forum 21 (forum konsolidasi 17 anggota DPR dapil Lampung 1 dan Lampung 2, dan 4 anggota DPD dapil Lampung 2009-2014)," jelas dia.

"Pariwisata ini penting kini kedepan," tandas eks calon Walikota Bandarlampung pilkada langsung 2005 pertama pascareformasi, eks calon Walikota Metro pilkada 2010 ini.

Hakim bilang, topik bahasan diskusi soal perkembangan konkrit kepariwisataan daerah Lampung, baik terkait hal fisik, sumber daya, daya dukung lingkungan dan kebudayaan, pun daya dukung kebijakan.

Sepertinya geregetan, pria yang mulai dikenal luas publik politik Lampung saat menjadi satu-satunya anggota DPRD Lampung dari (saat itu masih bernama) Partai Keadilan dan hebatnya jadi Ketua Komisi E periode 1999-2004, menginginkan agar yang terkait dengan aspek regulasi pemerintah sektor ini terutama di tataran pemerintah pusat, dilakukan review bilamana diperlukan.

Agar lebih konkrit, maka sesuai perundang-undangan berlaku, "Misal jika ada yang perlu mendapat dukungan infrastruktur dan fisik, nanti akan difokuskan. Tinggal nanti kita pilah, mana yang jadi tugas pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota," aksentuasinya, sekaligus menjawab floor agar ada rumusan hasil diskusi untuk dapat segera ditindaklanjuti.

Sebelumnya, H-1, Hakim mengkonfirmasi pihaknya mengundang hadir sejawat DPD dan DPR. "Kami mengundang seluruh aleg DPD RI dan DPR RI dapil Lampung di acara tersebut," ujar dia via pesan singkat, Kamis (27/4/2023) pukul 11.44 Waktu Indonesia Barat.

Merujuk konfirmasi Hakim bila hadir lengkap akan ada kompatriotnya sesama anggota DPD/MPR RI dapil Lampung Ahmad Bastian, Dr Bustami Zainudin, dan dr Jihan Nurlela.

Lalu 10 anggota DPR/MPR RI dapil Lampung I Sudin, Mukhlis Basri, Endro Suswantoro Yahman (Fraksi PDI Perjuangan); Ahmad Muzani (Fraksi Partai Gerindra), Lodewijk Frederick Paulus (Fraksi Partai Golkar), Dr Muhammad Khadafi (Fraksi PKB), Taufik Basari (Fraksi NasDem), Al Muzzamil Yusuf (Fraksi PKS), Zulkifli Anwar (Fraksi Partai Demokrat), dan Khairul Muhtar (Fraksi PAN).

Dan, 10 anggota DPR/MPR RI dapil Lampung II Itet Tridjajati Sumarijanto, I Komang Koheri (Fraksi PDI Perjuangan); Dwita Ria Gunadi (Fraksi Partai Gerindra), Hanan A Rozak, Riswan Toni (Fraksi Partai Golkar); Ela Siti Nuriamah (Fraksi PKB), Tamanuri (Fraksi Partai NasDem), Dr Ahmad Junaidi Auly (Fraksi PKS), Marwan Cik Asan (Fraksi Demokrat), Alimin Abdullah (Fraksi PAN).

Sayangnya, hanya Hakim seorang, hingga kaki redaksi gontai menuju lokasi parkir motor samping kantor berstatus sewa itu (calon lokasi baru Kantor Perwakilan DPD RI Provinsi Lampung di bilangan Sabah Balau, Jati Agung, Lampung Selatan baru sebatas tanah kosong belum ada tanda-tanda bakal dibangun pihak Kementerian PUPR), kala jarum jam menunjukkan pukul 16.50 WIB, hingga bergerak perlahan meninggalkan.

Seperti aroma kopi bubuk merek Jempol, yang disuguhkan staf dan pramusaji kantor, untuk inisiasi sang senator, sejumlah hadirin yang dibincangi turut takzim acungkan ibu jari alias jempol. "Eksekusi," petikan pesan satu di antara mereka, lambaikan tangan sayonara. (Muzzamil)

#clickinfo

 

Related Posts

Comments (1)

  • Brandoncrype

    teething baby remedies [url= https://forums.dieviete.lv/profils/127605/forum/ ] https://forums.dieviete.lv/profils/127605/forum/ [/url] fast cold remedies

    Reply

Leave a Comment