Anak Korban Pembunuhan di Pesawaran Ungkap Trauma dan Dugaan Upaya Penutupan Kasus

Anak Korban Pembunuhan di Pesawaran Ungkap Trauma dan Dugaan Upaya Penutupan Kasus
Ket Gambar : Arina (40), warga Desa Legundi, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Lampung, kini hidup dalam trauma mendalam pasca kematian tragis ayahnya, Aliyan (68). | Ist

Clickinfo.co.id - Arina (40), warga Desa Legundi, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Lampung, kini hidup dalam trauma mendalam pasca kematian tragis ayahnya, Aliyan (68). 

Lebih menyayat hati, Arina mengaku menyaksikan langsung jasad ayahnya dibuang ke laut oleh sejumlah pria pada Sabtu malam, 15 Maret 2025. 

Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan adanya dugaan intimidasi dan upaya penutupan kasus oleh oknum aparat setempat.

Dari balik jendela rumahnya, sekitar pukul 21.00 WIB, Arina melihat beberapa pria menggotong karung berisi jasad Aliyan dan membuangnya ke laut. 

Meski tidak melihat langsung aksi pengeroyokan, Arina mengaku mengenali wajah para pelaku yang terlibat, termasuk nama-nama seperti Oman, Tuni, Rohili, Heri Bom-bom, dan Parid.

Namun, upaya Arina mencari keadilan justru menemui dugaan hambatan. Tak lama setelah kejadian, Ketua RT 02, Alfian, dan Ketua RT 03, Wahab, mendatangi Arina dan menawarkan uang duka antara Rp5 juta hingga Rp10 juta. 

Arina merasa tawaran tersebut sebagai tekanan agar kasus ini tidak dilanjutkan ke jalur hukum. 

"Saya hanya ingin keadilan untuk ayah saya," tegas Arina, Selasa, 8 April 2025.

Dengan berani, Arina menolak tawaran tersebut dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Padang Cermin. 

Namun, lambannya penanganan kasus ini, meski bukti video pembuangan jasad telah beredar di media sosial, menimbulkan pertanyaan besar. 

Mengapa upaya penegakan hukum terkesan berjalan di tempat, dan mengapa ada indikasi oknum aparat lebih memilih "menenangkan suasana" daripada mengusut tuntas kejahatan ini?

Kasus ini menyoroti potensi lemahnya sistem penegakan hukum di wilayah terpencil, di mana aparat yang seharusnya menjadi garda terdepan keadilan justru diduga menghalangi keluarga korban mencari kebenaran. 

Ini bukan sekadar kasus pembunuhan, melainkan ujian integritas aparat negara dan keadilan hukum.

Arina dan keluarganya hanya menginginkan keadilan yang transparan dan profesional. 

Mereka menolak segala bentuk intimidasi dan penutupan kasus. Masyarakat pun kini menanti dengan cemas, apakah keadilan akan ditegakkan untuk Aliyan, ataukah kebenaran akan terkubur demi kepentingan tertentu?

Harapan besar kini tertumpu pada aparat penegak hukum di semua tingkatan untuk mengusut kasus ini secara serius dan transparan. Arina juga berharap perhatian langsung dari Presiden Prabowo Subianto. 

"Kami percaya negara hadir untuk rakyatnya. Tolong beri kami keadilan. Jangan ada lagi intimidasi, jangan ada lagi yang ditutup-tutupi," pintanya dengan penuh harap.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment