Kasus Keracunan Massal Siswa SD di Pugung Memanas, Pihak MBG dan Sekolah Saling Lempar Tanggung Jawab

Kasus Keracunan Massal Siswa SD di Pugung Memanas, Pihak MBG dan Sekolah Saling Lempar Tanggung Jawab
Ket Gambar : Perdebatan terkait kasus dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SDN 1 Way Jaha, Kecamatan Pugung, Tanggamus, semakin memanas. | Ist

Clickinfo.co.id – Perdebatan terkait kasus dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SDN 1 Way Jaha, Kecamatan Pugung, Tanggamus, semakin memanas. 

Setelah hasil uji laboratorium memastikan adanya kontaminasi bakteri Salmonella pada menu lele goreng dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), pihak MBG Pugung dan pihak sekolah justru saling menyalahkan.

Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) Tanggamus, Yuliar Baro alias Bang Vero, menyayangkan pernyataan Ketua SPPI MBG Pugung yang dinilainya mencoba melempar tanggung jawab kepada pihak sekolah.

"Kami sudah pegang bukti hasil laboratorium yang menyatakan lele goreng positif Salmonella. 

Itu jelas-jelas penyebab utama keracunan massal. Jadi, sangat disayangkan kalau ada pihak yang mencoba mengalihkan kesalahan ke sekolah," tegas Baro.

Menanggapi hal tersebut, Ketua SPPI MBG Pugung berdalih bahwa dapur telah menerapkan prosedur higienis. 

Menurutnya, kontaminasi bisa saja terjadi saat proses pengantaran, atau akibat pengemasan yang membuat makanan basi.

"Kalau di sekolah ditemukan makanan basi, itu di luar kapasitas dapur. Ada perjanjian bahwa sampel makanan harus dibuka dulu oleh pihak sekolah sebelum dibagikan. Tapi dari laporan, pihak sekolah malah menunda pembukaan sampel dan menyusun makanan terlalu lama. Jadi jangan salahkan dapur," jelasnya melalui sambungan telepon, Senin, 25 Agustus 2025.

Pihak MBG bahkan keberatan dengan pemberitaan media yang menggunakan istilah "keracunan", dengan alasan keracunan makanan umumnya muncul empat jam setelah dikonsumsi. Mereka berpendapat kasus ini lebih terkait kelalaian dalam distribusi.

Sekretaris Dinas Kesehatan Tanggamus mengakui telah menerima hasil laboratorium, namun masih menunggu laporan resmi dari bidang teknis yang menangani kasus ini. 

"Hasil lab sudah ada, nanti segera kami sampaikan ke pihak MBG untuk ditindaklanjuti," katanya singkat.

Kasus ini juga menarik perhatian legislatif. Ketua Komisi IV DPRD Tanggamus, Romzi Edy, S.Pd.I, menyatakan pihaknya akan turun langsung ke lokasi. 

Romzi menegaskan tidak akan segan mengambil langkah tegas jika terbukti ada kelalaian dalam penyediaan makanan MBG.

"Hasil lab memang belum kami terima secara resmi, tapi kami sudah dapat laporan dari sekolah. Kalau benar ada kelalaian, bahkan sampai membahayakan anak-anak, kami bisa rekomendasikan sanksi berat. Tidak menutup kemungkinan dapur MBG ditutup," tegas Romzi.

Kasus keracunan massal di SDN 1 Way Jaha menjadi alarm keras bagi program MBG yang seharusnya menyehatkan, bukan membahayakan. 

Saling tuding antara pihak MBG dan sekolah hanya akan memperkeruh situasi, sementara korban utama adalah anak-anak yang seharusnya dilindungi.

Kini, publik menunggu ketegasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus untuk memastikan standar keamanan pangan benar-benar ditegakkan.

Jika tidak, program yang digadang-gadang sebagai penopang gizi siswa bisa berubah menjadi ancaman kesehatan massal.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment